Penanganan Pandemi Covid-19 Indonesia Memuaskan
Oleh : Oka Rizki )*
Indonesia sendiri memang bukan sebagai negara produsen vaksin COVID-19, namun justru penanganan dan pengendalian pandemi yang diberlakukan di Tanah Air sangatlah memuaskan, bahkan hasilnya mampu mengungguli negara maju lainnya.
Data menunjukkan bahwa dari sebanyak 277 juta jiwa penduduk Indonesia, ternyata warga yang terinfeksi COVID-19 setidaknya hingga bulan Agustus 2022 adalah sekitar 6 juta kasus dengan total kematian hanya 150 ribu kasus. Jika dibandingkan dengan data yang dimiliki negara maju seperti Amerika Serikat, jumlah tersebut sangat berbeda pasalnya mereka memiliki 322 juta jiwa penduduk dengan total warga yang terinfeksi COVID-19 hingga 95 juta serta angka kematian yang fantastis yakni 1 juta jiwa.
Mengenai hal tersebut, Delegasi Indonesia dalam rapat tahunan Organisasi Internasional Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) memberikan apresiasi sangat besar terkait keberhasilan penanganan pandemi COVID-19 di Tanah Air karena strategi yang selama ini digunakan salah satunya adalah dengan melakukan pendekatan melalui komunikasi digital dan sosial.
Tidak bisa dipungkiri, dengan maraknya perkembangan media sosial di jaman modern sekarang ini, masyarakat juga sangat banyak mengakses berbagai macam informasi melalui internet secara digital. Tentu hal tersebut akan menjadi sangat menguntungkan apabila bisa dimanfaatkan dengan baik, yakni termasuk memberikan banyak pengertian mengenai pandemi COVID-19.
Salah satu delegasi, Akhmad Firmannamal menyatakan bahwa memang salah satu capaian keberhasilan pengendalian dan penanganan pandemi COVID-19 yang dimiliki oleh Indonesia sama sekali tidak bisa dilepaskan dari bagaimana peran sejumlah kebijakan pemerintah, serta bagaimana penyebarluasan informasi melalui media sosial.
Dirinya melanjutkan bahwa capaian tersebut adalah dampak dari berkembangnya kebijakan program literasi yang bertajuk Makin Cakap Digital, dimana sudah diselenggarakan sebanyak 17.414 kegiatan sepanjang 2021, guna memberikan edukasi literasi digital agar masyarakat tidak mudah termakan disinformasi ataupun misinformasi, khususnya di sosial media yang membuat mereka tidak mau melakukan social distancing hingga tidak mau terlibat program vaksinasi misalnya.
Pasalnya, sebenarnya dengan semakin mudahnya masyarakat mengakses berbagai jenis informasi di media sosial, hal tersebut juga mendatangkan sejumlah ancaman tertentu yakni ketika justru mereka akan menjadi sangat rawan termakan oleh berita hoax yang sama sekali tidak benar. Maka dari itu pemerintah hadir untuk bisa memberikan banyak informasi akurat agar menjadi pedoman bagi masyarakat, khususnya ketika menghadapi pandemi COVID-19.
Dalam kesempatan yang sama, delegasi Indonesia lainnya, Devie Rahmawati juga menambahkan bahwa dirinya sangat mengapresiasi suksesnya pengendalian dan penanganan pandemi COVID-19 Tanah Air. Bagaimana tidak, menurutnya bahkan ketika Indonesia sendiri bukanlah sebuah negara yang menjadi produsen vaksin COVID-19, namun nyatanya pengendalian laju penularan virus bisa sangat baik dan melebihi negara maju lain padahal mereka merupakan produsen vaksin.
Berarti saja sama sebenarnya pemeringkatan negara maju atau berkembang, termasuk juga apakah negara tersebut merupakan produsen vaksin virus sama sekali tidak menjamin bahwa suatu negara itu akan memiliki penanganan akan pandemi COVID-19 lebih baik dari negara lainnya. Tetap saja dibutuhkan bagaimana kebijakan pemerintah dengan pendekatan yang tepat kepada masyarakat, termasuk kepatuhan dari masyarakat itu sendiri untuk memenuhi protokol kesehatan dan menjalankan vaksinasi secara dosis penuh untuk menciptakan herd immunity.
Devie menyatakan bahwa sebenarnya seluruh kesuksesan akan penanganan pandemi COVID-19 sama sekali tidak serta-merta dan secara instan didapatkan. Pasalnya ketika masa awal pandemi datang, masih sangat banyak sekali serbuan berita dan informasi hoax yang beredar di masyarakat sehingga mereka menjadi kurang percaya akan adanya COVID-19 dan sempat sama sekali tidak waspada, termasuk juga program vaksinasi yang diselenggarakan oleh pemerintah pun sempat tidak disambut baik oleh masyarakat luas bahkan hingga akhirnya varian Delta menyerang dan memuncak di Indonesia.
Namun berkat kegigihan dari pemerintah dalam mengeksekusi seluruh kebijakannya dengan tepat sasaran dan memanfaatkan peluang melalui pemberitaan di media sosial, akhirnya membuat masyarakat secara perlahan-lahan memahami dan timbul kewaspadaan diri mereka sendiri mengenai betapa bahayanya pandemi COVID-19. Tentunya keberhasilan penanganan pandemi juga merupakan hasil kolaborasi baik dari berjalannya seluruh jajaran terkait seperti Kementerian, Lembaga, Organisasi Masyarakat Sipil, Komunitas, Kampus, Swasta, Media serta masyarakat di akar rumput.
Bukan hanya sekedar penanganan pandemi yang baik saja, melainkan Indonesia kini juga mulai beranjak dan menunjukkan tren yang sangat positif mengenai pemulihan ekonomi yang bisa dibuktikan dari berbagai indikator perekonomian. Bahkan tidak sedikit kebijakan yang berasal dari pemerintah Indonesia akhirnya diimplementasikan juga melalui kebijakan negara-negara lain mengenai penanganan pandemi COVID-19, khususnya adalah bagaimana menjaga keberlangsungan hidup dan juga penghidupan masyarakat. Menko Perekonomian, Airlangga Hartanto menegaskan bahwa pemerintah memang telah berhasil menjalankan penanganan COVID-19 dan di sisi lain terus menjaga sisi perekonomian masyarakat.
Memang sangat penting untuk terus menjaga koordinasi seluruh pihak, mulai dari pemerintah hingga masyarakat di akar rumput. Hal tersebut ketika sudah dilakukan dan telah menemukan satu visi misi yang sama, maka bukan tidak mungkin keberhasilan penanganan pandemi COVID-19 akan terjadi dengan sangat memuaskan sebagaimana di Indonesia, meski sejatinya Bangsa ini sama sekali bukanlah negara produsen vaksin.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute