Peran Sentral Jurnalis Dalam Mewujudkan Keamanan Masyarakat Jelang Pelantikan Presiden
Oleh : Angga Gumelar )*
Kita semua tentu memiliki peran dalam menjaga keamaan jelang Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024, tak terkecuali wartawan yang dalam kesehariannya membingkai peristiwa dan mewartakannya pada media cetak, elektronik maupun online.
Dinamika politik terkadang mengalami pasang surut yang sulit ditebak, Tentu saja pekerja media / jurnalis tentu diharapkan dapat membuat berita yang sejuk dan tidak membuat ketakutan para pembaca.
Apalagi sebuah berita nyatanya dapat mempengaruhi opini masyarakat. Terutama di media sosial, berita hoax yang sangat sulit dikontrol, contohnya seperti hoax penganiayaan terhadap Ratna Sarumpaet yang ternyata operasi plastik.
Peran sentral jurnalis disini ialah, bagaimana jurnalis menyajikan berita yang dapat menangkal berita hoax nan provokatif yang sangat cepat beredar melalui berbagai media terutama di platform media sosial.
Kita juga percaya bahwa konten hoax merupakan hal yang tidak mendidik. Jurnalis juga memiliki peran sebagai pendidik masyarakat, jika berita yang disajikan bersifat mendidik dan bermanfaat bagi peningkatan nilai kehidupan bagi pembacanya. Misalnya dengan karya jurnalistik yang memberikan wawasan baru.
Dengan demikian, masyarakat dapat memperoleh pengertian serta pemahaman baru mengenai kehidupan yang lebih maju setelah membacanya.
Dalam proses perubahan sosial yang berlangsung di masyarakat, seperti adanya penyelenggaraan pemilu. Jurnalis tentu memiliki peran dalam menyajikan informasi yang dapat merangsang/menggerakkan masyarakat untuk terlibat aktif dalam gerakan atau aktifitas pembangunan. Serta dapat mendorong masyarakat untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan konstitusi.
Selain itu Jurnalistik juga memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan merubah perolaku hingga dapat menggerakkan masyarakat. Tentu saja apabila karya jurnalistik tersebut berisi sesuatu yang positif, maka hasilnya pun bisa menjadi positif, namun hal tersebut juga bisa terjadi sebaliknya, apabila karya jurnalistik tersebut memuat konten yang negatif.
Sebentar lagi kita akan memiliki hajat yang akan tercatat dalam sejarah Indonesia, dimana pada 20 Oktober nanti, Joko Widodo beserta Ma’ruf Amin akan dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden secara resmi.
Tentu saja pihak-pihak maupun golongan yang gagal move on dari pilpres 2019 tersebut akan mewacanakan terkait penggagalan pelantikan. Mereka pun tak memerlukan media besar, cukup dengan akun media sosial yang dapat dibuat secara gratis, mereka pun sudah bisa menebarkan ketakutan ataupun berita yang meresahkan.
Pers / Jurnalis tentu berperan dalam memberikan informasi yang membuat masyarakat merasa aman, dan tidak takut secara berlebihan. Apalagi jika informasi yang disajikan menawarkan gagasan atau solusi terkait dengan masalah yang sedang dibahas.
Pers memiliki kode etik atau aturan tertulis yang sekiranya bisa diterapakan dalam mewujudkan perdamaian. Dimana jurnalis tidak boleh menyakiti siapapun. Berita yang dibuat jurnalis bisa berdampak besar, karena itulah kita mesti sadar bahwa kata – kata dan visual yang diterbitkan bisa mempengaruhi hidup banyak orang.
Sedangkan di Internet utamanya di media sosial, siapapun bisa dengan bebas menuliskan apapun, baik itu berita baik, berita buruk atau berita bohong sekalipun. Sehingga anak muda harus memiliki kepekaan dalam mencerna informasi, apakah informasi tersebut bermanfaat atau justru malah menyesatkan.
Sampai kapanpun media harus berperan dalam menjaga kestabilan politik, karena seperti selayaknya makanan, jika informasi yang diberikan adalah informasi yang sarat gizi, tentu pihak penerima produk media berupa berita maupun informasi, akan dapat menyikapi pemberitaan tersebut dengan bijak.
Karyono Wibowo selaku Direktur Eksekutif Indonesian Public Institut (IPI) pernah mengatakan bahwa media memiliki peran yang sangat strategis. Posisinya sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam hal ini, media seakan menguasai perannya untuk menjadikan masyarakat sebagai insan yang toleran terhadap perbedaan, atau insan yang mudah tersulut dan terhasut dengan kalimat yang bernada provokatif.
Apalagi selama pemilu 2019, ada saja upaya dari kelompok tertentu yang mengajak untuk tidak percaya pada hasil quick count, hingga menggiring untuk tidak mempercayai media mainstream, dan hal itu rupanya terjadi sampai menjelang pelantikan.
Oleh karena itu jurnalis memiliki peran sentral untuk segala urusan di negara ini, utamanya pada saat ini adalah mewujudkan Keamanan Masyarakat Jelang pelantikan Presiden dan Wakil Presiden, melalui berita yang meneduhkan.
)* Penulis adalah kontributor Ikatan Pers Mahasiswa Jakarta