Kabar RinganSendi BangsaSosial BudayaWarta Strategis

Peranan Pemuda Dalam Melawan Hoax

Oleh : Fika Hasya Lisyanti*

Seperti yang sudah sering kita saksikan, di era dunia yang terus mengalami kemajuan baik dari segi budaya mau pun komunikasi. Komunikasi yang baik dapat memberikan hasil yang baik juga, dan kini komunikasi tidak hanya akan berjalan melalui tatap wajah tapi juga dapat berjalan melalui alat komunkasi seperti Hp, Koran, Majalah, bahkan Media Sosial, seperti   (Internet dan aplikasinya).

Beberapa penyalah gunaan dalam mengelola Media Sosial dan memberi informasi yang salah dapat menyebabkan rusaknya sebuah komunikasi yang sehat. Sehingga banyak dari kalangan kita yang sering salah faham satu sama yang lainnya. Tujuan penulisan ini untuk menjelas sedikit mengenai bahaya Hoax yang harus di lawan oleh masyarakat terutama pemuda untuk memajukan Negara Indonesia kedepannya.

Menurut Dedi Rianto Rahadi dalam penelitiannya yang menyatakan, Hoax merupakan “usaha dalam menipu atau membohongi para pembaca maupun pendengar mengenai suatu Informasi baik menggunakan Media Sosial maupun langsung”. Sedangkan pada tahun 2018, Negara Indonesia termasuk pengguna media sosial terbanyak di dunia. Tidak heran jika mudah bagi bangsa indonesia mendapatkan informasi baik mengenai wilayah dalam maupun luar Negeri.

Selain itu di Negra Indonesia sendiri memiliki wilayah dan pulau yang cukup banyak, yang memungkinkan pemerintah akan sulit memantau kondisi wilayah satu maupu wilayah lainnya. Sehingga tidak heran jika masih banyak dari wilayah Indonesia yang tidak terkelolah dengan baik, dan menyebankan banyak masyarakat yang memandang setiap tahunnya Indonesia tidak mengalami kemajuan. Serta memudahkan masuknya Informasi Hoax di kalangan masyarakat sendiri.

Dalam sebuah penelitian yang di lakukan oleh Dedi Rianto Rahadi menyatakan bahwa, hoax memiliki beberpa jenis seperti:

  • Fake news (Berita Bohong)    : berita yang berusaha mengganti berita aslinya, dengan memalsukan atau memasukkan ketidak benaran dalam sebuah berita.
  • Clickbait (tautan jebakan)      : berita atau informasi yang di letakkan secara strategis di dalam suatu situs dengan tujuan untuk menarik orang masuk kesitus lainnya.
  • Comfirmation (bias konfirmasi)         : kecendrungan untuk menginterpretasikan kejadian yang baru terjadi sebaik bukti dari kepercayaan yang sudah ada.
  • Misionformation                     : informasi yang salah atau tidak akurat, terutama yang ditujukan untuk menipu.
  • Satire                                   : sebuah tulisan yang menggunakan humor, iron, hal yang dibesar-besarkan untuk mengomentari kejadian yang sedang hangat.
  • Post-truth (pasca-kebenaran) : kejadian yang dimana emosi lebih berperan dari pada fakta, untuk membentuk opini publik.
  • Propaganda                          : aktivitas menyebar luaskan informasi, fakta, argumet, gosip, setengah kebenaran, atau bahkan kebohongan untuk mempengaruhi opini publik.

Dan diantara pembagian hoax diatas, masyarakat Indonesia lebih banyak mengonsumsi Satire, Post-truth, dan Propaganda. Mereka yang memiliki pengetahuan terbatas yang menerima informasi yang tidak akurat dan tidak fakta, akan memberikan informasih yang lebih buruk kepada yang masyarakat lain yang hanya mampu menerima tanpa mengelolah dengan baik apa yang telah ia terima.

Tidak heran jika di Negara indonesi sangat mudah terhasut oleh hal-hal kecil yang dikaitkan dengan hasil kerja pemerintah atau kemajuan untuk membentuk Negara yang lebih baik lagi. Sehingga kini berita yang seharusnya menjadi tempat orang mendapatkan informasi yang konkrit menjadi ancaman yang lebih besar yang dapat membuat masyarakat saling berdebat mengenai argumen dan mencari fakta sulit dicerna hanya dengan sebelah mata.

Jadi kita sebagai seorang pelajar, maupun masyarakat yang mungkin memiliki komuni kasi yang meluas harus lebih pintar dalam mengelolanya berita, karena dahulu para pejuang berusaha memerdekakan indonesia tidak dengan satu cara, melainkan banyak cara dan proses. Dimulai dengan berusaha menempatkan diri untuk bisa saling mengerti, mufakat, perang,  dan terakhi membentuk perjanjian diatas kertas.

Ini menjadi pelajaran bagi kita untuk pandai dalam mebuat keputusan harus bertahab dan terarah tidah hanya pandai mengadu argumen yang tidak akan ada habisnya, dan memandang semua orang salah hanya karena satu kesalahan saja dan menutupi seluruh kebaikan dan keberhasilan yang sebenarnya jauh lebih besar dari kesalahannya.

*Mahasiswa IAIN Parepare

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih