Perbedaan Etnis dan Agama Memperkuat NKRI
Oleh : Sri Wahyuni )*
Perayaan Hari Raya Imlek 2568 yang semula dikuatirkan banyak pihak dapat mempengaruhi intensitas suhu politik dalam negeri, seiring munculnya berita hoax yang berusaha mengadu domba masyarakat dengan menonjolkan isu SARA. Nyatanya berjalan lancar dan aman di berbagai wilayah diseluruh tanah air, tampak terlihat adanya kerukunan ditengah-tengah masyarakat. Di kota Padang Sumatera Barat, perayaan berjalan aman meski terlihat lebih sepi dari biasanya mengingat beberapa waktu belakangan ini kondisi perekonomian masyarakat agak sedikit lesu. Di Mempawah Kalimantan Barat, Ketua Forum Komunikasi Umat Beragma, Ismail Al Qadrie menyatakan momentum Imlek tahun ini penting untuk menjaga toleransi dan saling menghormati. Menurutnya, dalam keberagaman yang ada saat ini penting dipahami adalah bagaimana menciptakan pluralisme, menyatukan antara suku dan agama dan bukan mencari perbedaan agama lain.
Sedangkan di Medan Sumatera Utara, Polda mengumpulkan para Biksu dan Tokoh Agama di Aula Tribrata, bertujuan mensukseskan Perayaan Imlek dan menjalin silaturahmi guna membangun kebhinekaan agar tercipta rasa kekeluargaan serta rasa cinta tanah air dan bangsa sekaligus menjaga toleransi antar umat beragama. Langkah tersebut sesuai program Nawacita Presiden Jokowi yakni menghadirkan Negara untuk melindungi bangsa dan memberikan rasa aman kepada seluruh warga Negara tanpa memandang suku maupun agamanya. Sebelumnya di Solo Jawa Tengah masyarakat setempat menggelar Grebeg Sudiroprajan, sebuah proses kirab yang sarat dengan akulturasi budaya Jawa dan Tionghoa dihadiri ribuan masyarakat. Event budaya itu tentu saja menjadi simbol pembauran etnis.
Dari beberapa data dan fakta yang diungkapkan diatas, terlihat jelas bahwa perayaan Imlek di berbagai wilayah berjalan aman dan lancar meski berada ditengah penduduk yang sangat heterogen. Hari Raya Imlek 2568 juga dijadikan momentum untuk saling berbagi dan berbicara tentang kondisi bangsa saat ini untuk menurunkan tensi politik yang meninggi menjelang pelaksanaan Pilkada damai serentak 2017. Sangat bijak jika saudara-saudara kita yang merayakan Imlek mau bersilatrurahmi bukan saja dengan sesama anggota keluarga saja, tetapi juga dengan kerabat, rekan dan sesama umat yang berada disekitar tempat tinggal untuk saling memaafkan. Imlek bisa dimanfaatkan untuk mengintrospeksi diri sehingga dapat melakukan perbaikan di tahun mendatang. Masyarakat sudah tidak bersikap diskriminatif terhadap warga keturunan Tionghoa, sebaliknya warga keturunan juga jangan memandang rendah masyarakat pribumi, diperlukan sikap saling menghormati sesama warga bangsa. Hendaklah dengan perayaan Imlek di tahun Api ini, kondisi bangsa Indonesia kedepannya akan semakin aman dan damai, dijauhkan dari segala macam perpecahan sehingga pemerintahan Jokowi/JK dapat melanjutkan pembangunan guna mensejaheraaan masyarakat. Tahun ayam bermakna keberuntungan dan kebaikan akan sejalan dengan kondisi bangsa yang relative stabil, pembangunan infrastruktur berjalan baik, serta stabilitas politik dan keamanan kondusif dalam menjaga keutuhan NKRI. Perbedaan etnis maupun agama justru akan memperkuat NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.
Terkait berbagai masalah yang muncul belakangan ini yakni budaya negative saling serang dan fitnah memanfaatkan dunia maya dan media social, anggap saja sebagai suatu kewajaran dalam sebuah Negara demokrasi yang masih sedang berkembang. Momentum perayaan Imlek kali ini tidak membuat bangsa ini terpecah belah tetapi malah memperkuat keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bhineka Tungga Ika serta NKRI, harga mati.
)* Penulis adalah kontributor LSISI