Perlu Solidaritas Sosial untuk Melawan Pandemi Covid-19
Oleh : Dodik Prasetyo )*
Budaya masyarakat Indonesia adalah gotong-royong, dan hal ini menjadi sebuah kekuatan dalam melawan pandemi Covid-19. Saling merangkul dan bersikap solid sangat diperlukan untuk menghadapi situasi krisis akibat wabah virus corona.
Presiden Joko Widodo berpesan kepada seluruh kalangan masyarakat untuk terus bergotong-royong dalam menghadapi pandemi Covid-19. Beliau menekankan akan solidaritas antar sesama sangat dibutuhkan di tengah masa sulit yang terjadi saat ini.
Dalam video yang dirilis oleh Sekretariat Presiden Sabtu lalu di Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pandemi ini tidak dapat ditaklukan dengan mudah, situasi yang ditimbulkan pun tidak mudah untuk dijalani. Akan tetapi, ada keyakinan jika kesulitan ini dapat diatasi secara bersama-sama. Maka kita harus menjadi bangsa yang kuat dan siap untuk menyongsong masa depan yang sejahtera.
Tidak hanya negara Indonesia, ada 213 negara lainnya yang juga tengah berjuang melawan pandemi Covid-19. Kepala Negara mengatakan bahwa pencegahan penyebaran virus menjadi sebuah langkah yang sangat penting lantaran hingga kini masih belum ditemukan obat ampuh untuk melawan Covid-19.
Pandemi ini adalah masalah semua manusia di mana akar penyelesaiannya juga didasarkan pada nilai kemanusiaan. Kebijakan yang ada masih belum ampuh untuk menertibkan semua masyarakat karena nyatanya masih banyak yang melanggar dan kurang adanya kesadaran dari individunya. Sikap egois, picik, dan serakah harus dibuang. Sebab solidaritas adalah kunci utama dalam memerangi pandemi Covid-19 ini.
Tumbuhnya solidaritas membutuhkan rasa percaya antara sesama kelompok atau lingkungan masyarakat. Apabila telah tertanam sikap saling percaya, kita akan menjadi satu, menjaga erat persahabatan, saling mendukung, saling menghormati dan bertanggung jawab serta peduli pada setiap kepentingan sesama.
Memang, yang dapat mengajak dan menertibkan masyarakat adalah pihak yang berwenang seperti pemerintah. Untuk itu, pemerintah melakukan aksi mendengar, mengajak, menyemangati, menghimbau dan melibatkan penuh lapisan masyarakat lainnya.
Sikap tegas dari pemerintah ini sebagai pemegang otoritas sosial. Mengambil pelajaran dari Tiongkok, negara itu dengan upaya terpaksa di tengah krisis ini mengelola solidaritas warganya dengan menjalankan intruksi bertindak yang wajib ditaati.
Dalam menyukseskan himbauan akan tindak solidaritas pemerintah dapat bekerja sama dengan tokoh masyarakat, pemuka masyarakat dan orang-orang yang berpengaruh dalam upaya mendorong masyarakat untuk bertindak cepat dan tepat.
Dalam pidatonya Presiden Jokowi mencontohkan sebuah cerita seorang warga yang bergejala Covid-19 di sebuah daerah. Kemudian, tetangganya turut membantu alih-alih mengucilkan. Ini adalah hal yang patut ditiru.
Langkah-langkah saling membantu antar sesama harus diperlihatkan, bukan untuk menyombongkan diri melainkan sebagai contoh dan inspirasi bagi warga lain agar turut bertindak demikian. Aksi-aksi seperti turut serta membagikan sembako kepada warga yang terdampak juga merupakan bentuk solidaritas sosial. Selain itu, membagikan masker secara cuma-cuma juga bagian dari itu.
Hal yang paling sedehana dari bentuk solidaritas sosial adalah dengan disiplin dan patuh akan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemeritah. Dengan tidak berkerumun, melakukan PSBB, menjaga kebersihan dan tetap menjaga kerukunan antar sesama dilingkungan masyarakat.
Dengan tumbuh kembangnya solidaritas yang mejalar dimasyarakat, mekipun ada kebijakan untuk di rumah saja warga bukan semakin individualis tetapi justru semakin peduli antara satu dengan yang lain.
Gejala-gejala solidaritas adalah penegas sifat dan kebesaran bangsa Indonesia bahwa ini merupakan bangsa gotong-royong, bangsa solid, bangsa pejuang yang selalu dapat menemukan kekuatan dan solusi di tengah krisis.
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)