Reuni 212 menjadi polemik, Ini Tanggapan Sejumlah Ormas Islam
Oleh : Muhammal Ilham )*
Reuni 212 masih menjadi polemik. Bak bara api padam. Seperti tak tampak namun panasnya masih terasa. Begitu pula dengan polemik aksi 212 yang rencananya akan digelar desember mendatang yang penuh kontroversi ini. Seperti tidak tampak namun menyeret banyak pihak untuk bersikap pada masalah yang sedang hangat ini.
Ditambah gencarnya pemberitaan di media yang menyebutkan acara reuni ini belum mendapatkan izin dari polisi. Masalah izin tersebut menambah suasana panas antara yang mendukung dan menolak acara tersebut. Bagi kelompok yang mendukung reuni 212, hal ini menjadi tantangan besar sebab aksinya terancam gagal. Itu mengapa kemudian juru bicara acara ini melontarkan pernyataan bahwa pihaknya akan tetap menggelar aksinya sekalipun tidak mendapatkan izin.
Sedangkan pihak kontra, menanggapi masalah izin polisi ini dengan sangat positif berharap aksi ini benar – benar tidak diperbolehkan digelar kembali. Pasalnya, aksi ini hanya akan membuat kerusuhan saja seperti yang sudah – sudah. Menurut pihak kontra juga, aksi ini sudah kebablasan dalam aktivitasnya. Sebab mereka menilai aksi ini sudah purna dalam tujuannya yaitu dengan dipenjaranya Ahok sebagai tersangka kasus penistaan agama.
Mendengar dan menyikapi polemik ini, ormas Muhammadiyah menyampaikan ujarannya bahwa ia tidak setuju dengan aksi ini. hal ini di sampaikan oleh Haedar Natsir sebagai ketua Muhammadiyah. Mengapa ormas ini tidak setuju dengan dilaksanakannya kembali aksi 212 sebagai ajang reuni? Alasannya masih sama dengan pihak kontra lainnya. Yaitu mengingat banyak efek negatif yang ditimbulkan dari kegiatan ini. Selain itu, ormas ini juga menilai bahwa acara ini kental dengan politik.
Tidak hanya ormas Muhammadiyah yang tidak setuju dengan reuni 212 ini. ormas Islam lainnya seperti NU atau Nahdlatul ulama juga menolak acara ini. Alasannya pun masih sama dengan Muhammadiyah dan yang lainnya. Sama persis, yaitu efek buruk yang ditimbulkan dan kepentingan yang nyasar tidak tepat tujuan.
Apa maksud dari arah yang membelok atau nyasar dari tujuan? Demo yang diperuntukkan membela islam atau terkenal dengan aksi bela ISlam ini sudah tidak pada tujuan utamanya. Lantas tujuannya untuk apa? Jawaban tepatnya diduga acara ini diduga untuk kepentingan politik. Jadi, mereka sengaja membungkus politik dengan mengatas namakan bela islam. Padahal ormas islam terbesar di Indonesia ini seperti Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama saja tidak setuju dengan ini. jadi Islam mana yang mereka bela? Sedangkan pembelaan islam itu seharusnya bersifat menyeluruh bukan untuk kepentingan golongan tertentu saja.
Pro dan kontra yang terus menjadi polemik ini masih menjadi teka – teki silang yang masih belum terisi sebelum diizinkannya acara ini oleh pihak polisi. Sekalipun Anies Baswedan mantan menteri pendidikan yang sekarang menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta ini menyatakan sudah memberi izin tempat untuk lokasi digelarnya aksi ini, namun tak lantas membuat pentolan reuni 212 merasa cukup puas. Sebab masih harus ada polisi yang wajib mereka mintai izin.
Namun, jika pernyataanya masih sama seperti yaang sudah ditulis di atas yaitu akan tetap menggelar aksi ini sekalipun tak mendapat izin, sangat membuktikan bahwa acara beserta anggotanya tidak taat peraturan dan hukum. Bahasa lainnya mereka itu ngeyel dan semaunya sendiri. Seharusnya, mereka tidak perlu ngotot dan keras kepala untuk tetap menggelar aksi ini kembali jika memang tidak berkepentingan yang serius. Jika hanya sekedar alasan silaturahmi, toh bisa dilakukan secara tertutup dengan jumlah anggota yang tidak begitu besar sehingga tidak menimbulkan keramaian yang berujung kerusuhan dan kemacetan.
Jika pola seperti ini masih belum puas untuk anggota 212, kan masih bisa dilaksanakan secara bergilir per daerah yang ada anggotanya. Tanpa harus turun ke jalan secara bersamaan dan mengundang banyak mudhorot seperti kemacetan yang berujung membuat susah orang lain. Tidak mendengarkan kah mereka akan keluhan – keluhan masyarakat luas dengan adanya demo waktu lalu? Apakah mereka memang tidak memperdulikan pendapat orang lain sehingga terus saja melakukan aksinya secara berkala tanpa memikirkan apa yang orang lain keluhkan.
Tidak peka kah mereka akan kemarahan mereka yang tersulut akibat aksi mereka. Sadarkah mereka tindakannya itu turut membuat dosa orang lain? Lalu Islam yang seperti apa yang mereka bela? Islam yang bagaimana yang mereka lindungi? Bukanka islam itu satu dan melindungi satu sama lain? Lantas mengapa mereka masih tidak mendengar saudara seiman mereka tentang keluhan mereka yang terganggu dengan aksi saudaranya?
Dilema memang, jika menanggapi polemik ini. Namun, demi ketentraman seluruh masyarakat kita harus tegak dalam pendirian. Lakukan saja yang lebih banyak sisi positifnya untuk negara. Sehingga tercipta situasi yang kondusif dan aman.
)* Penulis adalah mahasiswa yang aktif dalam kajian pergerakan Islam