Saatnya Fokus Memperhatikan Perekonomian Bangsa
Oleh : Alfisyah Kumalasari )*
Kericuhan pasca KPU mengumumkan hasil rekapitulasi Pilpres pada 21 – 22 Mei 2019 ternyata berdampak pada sektor ekonomi secara nasional, aksi inkonstitusional tersebut berakibat pada indeks harga saham gabungan (IHSG) melemah, meski pada hari berikutnya sempat menguat kembali.
Kenaikan IHSG saat pembukaan bursa pada hari kamis 23 Mei, menunjukkan akan adanya pemulihan situasi ekonomi Indonesia, dan kita berharap agar situasi seperti itu tetap bertahan atau bahkan lebih baik lagi dari hari ke hari.
IHSG merupakan salah satu ukuran yang dapat mendeskripsikan persepsi investor terhadap kondisi perekonomian. Dari beberapa hal yang menentukan indeks, salah satunya adalah stabilitas politik dan keamanan negara yang bersangkutan.
Kericuhan yang digadang – gadang merupakan upaya people power tersebut ternyata berdampak pada ekonomi mikro dan makro. Di Pasar tanah abang misalnya, yang semestinya panen pundi – pundi rupiah menjelang Idul Fitri, malah menuai kerugian karena kericuhan itu. Oleh karena itu, kericuhan yang sempat terjadi tentu menjadi pembelajaran besar agar hal tersebut tidak terulang.
Saat kerusuhan terjadi, pertokoan di pusat perbelanjaan Sarinah yang berseberangan dengan gedung Bawaslu terpaksa tutup, salah satu pegawai pertokoan di Sarinah mengaku khawatir akan aksi massa yang terjadi hingga dini hari bisa berujung pada penjarahan.
Presiden Direktur Sarinah Gusti Ngurah Putu Sugiarta Yasa belum bisa menghitung jumlah kerugian akibat penutupan pusat perbelanjaan Sarinah pada saat momen jelang lebaran. Pada hari biasa rata – rata omzet mencapai Rp 400 – 500 juta.
Selain itu pedagang di Pasar Tanah Abang juga tidak berani melakukan kegiatan niaganya, dalam sehari pasar grosir tekstil terbesar di Asia tersebut lumpuh, tercatat ada sekitar 14 ribu pedagang di Pasar Tanah Abang.
Ketika suatu negara sedang mengalami kerusuhan, maka para investor masih wait and see hingga kondisi politik mereda. Barulah investor kembali melakukan aktifitasnya.
Dalam konteks ini kita patut mengapresiasi langkah capres nomor 02 yang berkenan mengajukan ketidakpuasannya ke Mahkamah Konstitusi, tidak lantas melanjutkan kericuhan yang terjadi di Jakarta Pusat. Langkah inilah yang ternyata menyebabkan IHSG mengalami penguatan.
Setelah berbagai proses Pemilu mulai dari pendaftaran kandidat hingga pegumuman resmi selesai, maka pemerintah dalam kabinet baru kelak haruslah membenahi perekonomian bangsa sebagai prioritas, karena bagaimanapun bangsa Indonesia tengah menghadapi persoalan ekonomi yang tidak ringan di tengah persaingan global. Belum lagi perdagangan global mengalami penurunan akibat perang dagang antara Amerika Serikat dan China.
Selain itu jumlah penduduk Indonesia yang besar tentu menghasilkan angkatan kerja yang besar pula, sehingga Indonesia membutuhkan lapangan kerja dalam jumlah yang besar pula. Untuk itu kita memerlukan investasi yang masif untuk dapat memutar roda perekonomian di Indonesia.
Namun di sisi lain, para investor tentu akan berpikir ulang untuk berinvestasi apabila keamanan suatu negara dan kondisi politiknya tidak stabil.
Chairman CT Corp Chairul Tanjung menerangkan, usai Pemilu biasanya data ekonomi menunjukkan perbaikan, seperti yang terjadi pada 2009 dan 2014. Berbeda dengan dua tahun sebelumnya, menurut Chairul pada tahun ini pelaku usaha menunggu kepastian.
“Selalu biasanya setelah Pemilu itu data ekonomi menunjukkan ada satu perbaikan selepas Pemilu, tapi sekarang ini agak unik. 2009 trennya relatif baik, 2014 lebih baik lagi, tapi 2019 agak kurang, kenapa, karena itu tadi pelaku ekonomi, investor maunya certain, maunya kepastian,” tutur Pria yang akrab disapa CT tersebut.
Menko Perekonomian, Darmin Nasution, menilai kecenderungan negatif yang muncul saat ini bersifat jangka pendek, terutama akibat unjuk rasa hasil Pilpres, sehingga diharapkan kondisi politik yang stabil tentu akan menjadi magnet bagi para investor ke Indonesia.
Pemerintah juga sebaiknya berupaya untuk menyelesaikan defisit keuangan negara dengan meningkatkan arus modal yang masuk ke Indonesia. Salah satu cara yang ditempuh adalah dengan meningkatkan daya tarik investasi dalam negeri, sehingga investor – investor tertarik, bersedia dan menanamkan modalnya di Indonesia.
Dalam promosi investasi oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sejak dekade 1980-an, kestabilan politik dan keamanan selalu menjadi bahan promosi yang dikedepankan disamping kuatnya fundamental ekonomi.
)* Penulis adalah pengamat sosial ekonomi