Seminar Tangkal Isu Sara Dalam Pilkada Serentak 2018
Lampung, LSISI.ID – Maraknya praktek kampanye hitam setiap menjelang kontestasi Pemilu baik tingkat daerah maupun nasional menjadi ancaman tersendiri bagi utuhnya persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Berita hoax berbau sara kerap dijadikan alat oleh para oknum, untuk memecah belah masyarakat indonesia yang pada dasarnya memiliki latar belakang faham agama yang beragam.
Guna mengantisipasi kerawanan ini, sejumlah tokoh Lampung angkat bicara dalam seminar bertemakan Peran Jurnalis, Ulama dan Generasi Muda Dalam Menangkal Provokasi Sara Menjelang Pilkada Serentak 2018. di Gedung FISIP Universitas Lampung, Kamis (23/11/2017).
Seminar yang di prakarsai atas kerjasama Himpunan Mahasiswa Jurusan Pemerintahan Unila, Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia, serta Himpunan Pemuda Lampung ini menghadirkan Tokoh Pers Bambang Eka Wijaya, Akademisi Ilmu Pemerintahan Universitas Lampung yang juga mantan Ketua KPU Bandarlampung Budi Harjo, serta Ketua MUI Lampung Bidang Ekososbudpol, Suryani M.Nur. Turut hadir Kepala Biro Operasional (Karo Ops) Polda Lampung Kombes Pol. Yosi Haryoso.
Dalam sambutannya mewakili Kapolda Lampung yang berhalangan hadir, Yosi menyatakan pada Oktober lalu Lampung mendapat peringkat 1 dalam penyelesaian konflik oleh aparat kepolisian. Meski demikian langkah antisipasi tetap harus dikedepankan. Melalui komunikasi pada forum-forum yang tepat, baik seminar ataupun dialog, himbauan-himbauan positif perlu disampaikan untuk membentengi masyarakat dari informasi yang bersifat mengadu domba, atau bahkan menyesatkan sebelum atau selama proses pemilihan berlangsung.
Tokoh Pers Lampung Bambang Eka Wijaya menghimbau ratusan mahasiswa dan pemuda yang hadir, untuk tidak mudah terpengaruh dengan berita-berita hoax berbau sara yang muncul.
Menurut Bambang, berita hoax biasanya justru muncul melalui media sosial. Media massa kecil kemungkinan memberitakan unsur sara, karena terikat oleh etika jurnalistik dan sistem pengawasan tim redaksi yang ketat. Media massa juga telah membekali seluruh awak beritanya dengan pelatihan yang maksimal sebagai syarat layak terjun di lapangan.
Sementara Akademisi Ilmu Pemerintahan Budi Harjo mengatakan salah satu cara untuk menghindari konflik ditengah keberagaman masyarakat kita adalah menjaga sikap toleran antar pemaham agama. Sara memang merupakan hal yang sensitive dan kerap digunakan elit-elit tertentu sebagai pemicu konflik, untuk kepentingannya sendiri. Karena itu, Mahasiswa selaku kelompok elit muda harus menyikapi isu sara yang muncul secara positif dan berfikir kritis. Mahasiawa harus memperkuat ideologinya agar terhindar dari unsur sara. Mahasiswa merupakan agen of control yaitu dimana mahasiswa harus mengontrol pelaksaan pemerintahan dengan cermat.
“Seorang politisi memang cenderung bersaing untuk menang, namun untuk mendapatkan kekuasan itu harus mempertimbangkan etika politik yang baik, bukan mengaitkan sara sebagai bahan untuk mengkampanyekaan dirinya.” pungkas Budi.
Sumber : Lampung Times.com