Survey Aljazeera dan US today sebut Jokowi Lebih Unggul dari Prabowo
Oleh : Rika Prasetya )*
Pasca debat kedua, tak hanya media lokal yang mengekspos Prabowo yang tampak gagap ketika ditanya perihal Unicorn oleh Capres no 01 Jokowi. Al Jazeera sempat menyinggung bahwa prabowo ragu – ragu dalam menjawabnya.
Lalu pakar gesture dan semiotika dari Institute Teknologi Bandung ITB Acep Iwan Saidi menilai Prabowo Subianto tidak yakin dengan ucapannya sendiri ketika bicara soal unicorn dalam debat capres kedua. Nah, Prabowo tampak gugup, kurang yakin dan gagap.
Efek Unicorn makin viral secara internasional. Kalau debat yang pertama hanya viral di dalam negeri tetapi kali ini viralnya menjangkau bumi bagian barat, hingga Eropa. Karena jangkauan Al Jazeera dengan media berbahasa Inggris sangat luas. USA Today juga demikian.
Indonesia’s presidential candidates debated some of the most pressing issues facing the world’s third largest democracy : dilapited infrastructure struggling farmers, forest fires and unicorns.
Editorial dari USA Today dinilai iseng dalam memasukkan ‘unicorn’ sebagai topik utama. Tapi ternyata ‘unicorn’ itu menjadi pembicaraan utama dan hangat di dunia maya.
Lalu USA today rupanya mengupdate alias mengikuti perkembangan di sosial media pasca debat yang riuh. Dibilangya bahwa di Twitter dan Facebook kebanjiran meme dari unicorn.
Dampaknya apa ke milenial soal gagapnya Prabowo dengan unicorn? Di dunia media sosial kaum milenial ramai membahas soal ini dan berpotensi menggerus suara Prabowo di kalangan milenial.
Pantauan analisis media sosial Drone Emprit menunjukkan topik unicorn ini ‘dimakan’ oleh warganet usai debat. Pendiri dan analis data Drone Emprit, Ismail Fahmi mengungkapkan, pascadebat percakapan soal unicorn sangat pesat. Tercatat ada 96 ribu mention di Twitter dan 2,5 ribu di media online. Selain itu tingkat interaksi topik unicorn juga tinggi yakni 4,15 yang mana menggambarkan percakapan topik ini natural.
Temuan menarik lainnya yakni mengenai interaksi unggahan soal unicorn dari top influencer dan klaster lain yang mendukung kubu ini. Rata – rata unggahan dari klaster ini menyindir komentar dan respons Prabowo soal pertanyaan Jokowi soal unicorn. Rata – rata postingan klaster ini mendapat ribuan retweet dan like di twitter.
Drone Emprit menemukan top tweet berdasarkan jumlah retweet banyak didominasi oleh kubu 01. Dari data ini. Ismail berpendapat jika tak ditangani secara tepat, isu unicorn ini berpotensi mengganggu suara anak muda ke Prabowo.
Dalam debat kedua, Jokowi bertanya kepada Prabowo mengenagi strategi pengembangan unicorn di Indonesia.
Prabowo menuturkan, pada prinsipnya mendukung pengembangan unicorn Indonesia dengan memberikan fasilitas bagi platform penggerak ekonomi digital tersebut. Calon presiden nomor urut 02 tersebut berpadnangan, perlu pengurangan regulasi kepada startup, supaya nanti unicorn yang muncul menjadi lebih berkembang.
Prabowo juga memberikan catatan penting atas tumbuhnya denyut unicorn di Indonesia. Menurutnya, jangan sampai pola disparitas kekayaan dalam negeri hanya dinikmati oleh segelintir orang saja, yang mana kurang dari satu persen orang menguasai lebih dari setengah kekayaan Indonesia.
“Jadi kalau ada unicorn – unicorn ada teknologi hebat, saya khawatir ini nanti mempercepat nilai tambah dan uang – uang kita lari keluar negeri. Ini yang saya khawatir ya silakan anda ketawa tapi ini masalah bangsa kekayaan Indonesia tidak tingal di Indonesia,” ujar Prabowo
Dalam akhir artikelnya Al Jazeera dan USA today memuat pula keunggulan atau elektabilitas Jokowi saat ini berkisar 20 % lebih unggul daripada Prabowo.
Sementara pengamat politik Veri Muchlis menilai bahwa pilpres pada April mendatang sebenarnya sudah bisa diprediksi pemenangnya. Sebagaimana diketahui survei selama dua tahun terakhir, elektabilitas jokowi selalu lebih tinggi dari Prabowo.
Veri juga menjelaskan, bahwa yang terjadi dalam pilpres kali ini adalah rematch (Pertandingan ulang). Capres tahun 2014 dan tahun 2019 sama orangnya yakni Joko Widodo dan penantangnya Prabowo Subianto.
Dulu, waktu kedua orang ini sama – sama belum bekerja sebagai presiden, sama – sama nihil pengalaman memimpin negara, Jokowi memenangkan kontestasi. Kini saat pertandingan ulang berlangsung, modal Jokowi jauh lebih meyakinkan.
Veri menganalisa, rata – rata survey menemukan elektabilitas Jokowi sudah berada di atas batas psikologis kemenangan yakni 54 persen. Angka ini berada diatas raihan suara Jokowi pada Pilpres 2014 yakni 53,15 persen. Menurutnya, karena posisinya adalah pertarungan ulang, maka kecenderungan pendukungnya juga demikian, mereka akan kembali mendukung calonnya.
“Saya kira pendukung lama jokowi patut diduga sudah memutuskan kembali memilihnya, sementara pemilih baru atau pemilih yang di pilpres lalu golput ada kecenderungan menjadi penambah suara. Itulah mengapa suara yang diperebutkan tinggal sedikit. Jokowi juga masih memiliki kans menambah pendukung dari kelompok undecided voters dan jika itu terjadi kelompok sasaran Prabowo semakin sempit,” ujarnya.
Debat para capres tentu akan memberikan gambaran kepada seluruh khalayak tentang cara berpikir pada kandidat, tak hanya masyarakat Indonesia saja yang memberikan penilaian, bahkan media asing juga memberikan sorotan terhadap pesta demokrasi di Indonesia.
Hasil survey terkait elektabilitas tentu belum menjadi keputusan yang final, namun segala analisis yang diungkapkan oleh para ahli, tentu bisa menjadikan acuan strategi bagi tim sukses.
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)