Tingkatkan Imunitas Mahasiswa, Tangkal Paparan Radikalisme
Oleh : Rahmat Gunawan *)
Seperti diketahui, Boy Rafli Amar selaku Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendorong adanya upaya dari institusi kampus untuk meningkatkan ketahanan mahasiswa dari pengaruh paham intoleransi dan radikalisme.
Boy berpendapat bahwa ketahanan mahasiswa tersebut perlu ditingkatkan karena sebagai generasi yang akrab dengan dunia maya, mereka rentan terpengaruh paham intoleransi dan radikalisme yang mudah disebarkan oleh kelompok intoleran serta radikal melalui media sosial. Oleh karena itu, penulis setuju dengan Kepala BNPT bahwa para anak muda perlu diarahkan, diingatkan, dan dibimbing agar tidak mudah menjadi bagian dari penyebarluasan paham-paham tersebut.
Penulis berharap, selain adanya upaya dari institusi kampus, perlu juga adanya peran generasi muda seperti mahasiswa dalam mencegah pemaparan paham intoleransi dan radikalisme, seperti memproduksi konten-konten kontra narasi di ruang digital sehingga perkembangan bibit intoleransi dan radikalisme yang berbahaya bagi keamanan dan keutuhan bangsa dalam ruang digital dapat dihentikan.
Mahasiswa juga dapat menangkal radikalisme melalui media sosial. Seperti melalui akun instagram atau facebook, jika mahasiswa melihat tanda-tanda konten yang bermuatan radikal, mahasiswa dapat langsung melaporkan agar akun penyebar paham radikal ditutup secara paksa oleh pihak pengelola media sosial tersebut. Dengan tindakan tersebut, mahasiswa sudah mencegah agar tidak ada lagi masyarakat yang terpapar oleh radikalisme di dunia maya.
Mahasiswa di Indonesia saat ini juga sangat kreatif untuk membuat konten yang bisa di unggah di media sosial. Mereka dapat mengisi konten kontra narasi yang diproduksi dengan hal-hal yang berkaitan dengan nilai-nilai untuk mengembangkan hidup dengan semangat kerukunan, kebersamaan di tengah keberagaman bangsa.
Penulis berpendapat bahwa banyak hal yang dapat dikolaborasikan serta disinergikan dengan institusi kampus untuk mencegah dan memberantas persebaran radikal terorisme di lingkungan perguruan tinggi yang sudah sangat memprihatinkan. Seperti mengangkat narasi wawasan kebangsaan kepada para mahasiswa dengan menggelar program dialog kebangsaan dalam pembekalan wawasan kepada mahasiswa baru.
Untuk mencapai hal tersebut, tentunya perlu dibuat suatu kebijakan guna menangani paham radikal dalam bentuk kontra narasi. Kampus perlu lebih mengadakan upaya untuk memperkenalkan ideologi Pancasila secara nyata kepada siswanya dan mengimplementasikan ideologi Pancasila secara nyata, sehingga mahasiswa tidak lagi bermimpi tentang ideologi lainnya, karena Pancasila sudah dianggap dapat memberikan jawaban atas apa yg mereka inginkan.
Terkait dengan hal yang telah disebutkan, Widodo selaku Rektor Universitas Brawijaya mengatakan, pihak mereka telah banyak berdiskusi tentang pelaksanaan program dan kerja sama sebagai upaya dalam pencegahan dan meminimalisasi masuknya paham radikalisme dan terorisme ke dalam lingkungan kampus. Upaya tersebut mengacu kepada tridarma perguruan tinggi diantaranya pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat.
Menurut penulis, kehadiran Kepala BNPT beserta jajarannya ke kampus-kampus memberikan penguatan terhadap upaya untuk mengantisipasi serta meminimalisasi penyebaran paham intoleransi dan radikalisme di lingkungan kampus melalui beberapa program dan pembentukan kelembagaan.
Dari sudut pandang penulis, ada upaya konkret yang bisa dilakukan institusi perguruan tinggi. Hal itu guna membangun institusi pendidikan yang nyaman untuk mengembangkan sikap moderat dan toleran serta menumbuhkan nilai toleransi sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Upaya-upaya tersebut dapat berupa pengembangkan kegiatan ekstrakurikuler seni dan olahraga yang dapat membangun kebersamaan, karena sikap tertutup dan enggan bersosialisasi akan mudah dipengaruhi oleh pemikiran radikal.
Selain itu, peran mahasiswa di masa sekarang sangatlah penting. Mereka tidak hanya pergi ke kampus untuk belajar, tetapi juga berorganisasi serta mendukung program pemerintah. Salah satu peran utama mahasiswa adalah menangkal radikalisme agar tidak tersebar luas di Indonesia, karena paham radikal dapat menggerogoti negara dari dalam.
Dalam hal ini, perlu adanya ajakan kepada para mahasiswa untuk menangkal radikalisme, terutama di lingkungan kampus. Peran serta mahasiswa sangat strategis dalam menangkal radikalisme. Hal tersebut dikarenakan posisi mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan tinggi sangat rawan terkena radikalisme karena mahasiswa sedang dalam masa pencarian jati diri.
Moderasi beragama merupakan salah satu hal yang tepat untuk digaungkan di kampus dalam upaya untuk meningkatkan imunitas mahasiswa guna menangkal radikalisme. Dengan adanya moderasi beragama maka akan mencegah ekstremisme yang akan berujung pada radikalisme dan terorisme. Mahasiswa juga dapat turut mempromosikan moderasi beragama sebagai salah satu cara menangkal radikalisme.
Selanjutnya, pihak kampus juga dalam memberikan materi pendidikan Pancasila yang dilakukan di awal semester perkuliahan. Tentunya hal tersebut akan membuat mahasiswa dibekali dengan pandangan-pandangan yang lebih rasional terlebih dahulu, sehingga tidak mudah dipengaruhi oleh pandangan-pandangan yang berkecenderungan fundamentalis.
Dengan demikian, mahasiswa memiliki akar ideologi Pancasila yang kuat sehingga tidak mudah terpengaruh dengan paham radikal. Upaya BNPT yang mendatangi kampus-kampus juga sangat membantu dalam meningkatkan imunitas mahasiswa dalam menangkal radikalisme. Penulis berharap kedepannya tidak ada lagi radikalisme yang dapat mempengaruhi mahasiswa sehingga generasi muda bangsa terbebas dari ancaman radikalisme.
*Penulis adalah kontributor Bunda Mulia Institute