Tolak Separatis, Provokasi Benny Wenda Tak Perlu Digubris
Oleh : Edward Krey )*
Benny Wenda menuding Wiranto adalah dalah pemicu konflik horizontal dengan warga Papua. Benny menuding Wiranto menggunakan kekerasan kepada rakyat Papua untuk kepentingannya. Bualan itu menjadi gagasan yang terus disampaikan Benny dalam pelariannya di Inggris, sehingga memicu konflik di Papua.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto membantah pernyataan Pimpinan United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) Benny Wenda yang menyebut dirinya adalah akar permasalahan konflik di Papua. Bantahan tersebut tentu tak perlu digubris karena yang dikatakan olehnya merupakan upaya provokatif untuk memperkeruh suasana di Papua.
Wiranto juga tidak membenarkan pernyataan Benny yang menyebutkan bahwa Indonesia mengebiri hak – hak rakyat Papua dan Papua Barat. Tudingan terjadi pembunuhan dan pelanggaran HAM setiap hari dan tak ada pembangunan. Masyarakat Papua diminta untuk tidak terpancing dengan adanya upaya provokatif dari Benny Wenda.
Kita semua tahu bahwa nama Benny Wendnda memang tengah mendapatkan sinyal waspada dari Pemerintah Indonesia. Hal tersebut dikarenakan, Benny merupakan penggerak gerakan separatisme di Indonesia karena masih memperjuangkan Papua Barat untuk merdeka dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Apalagi ketika Rezim Orde Baru Tumbang, ULMWP semakin gigih memperjuangkan hak – hak nya melalui berbagai program yang disusunnya.
Benny Wenda juga diketahui sempat mendekam dibalik jeruji penjara selama 25 tahun, namun akhirnya Benny berhasil melarikan diri dari ketatnya jeruji penjara pada 27 Oktober 2002.
Pelariannya tersebut mendapatkan bantuan oleh aktifis kemerdekaan Papua Barat. Ia kemudian diselundupkan melintasi perbatasan menuju Papua Nugini. Gerakannya-pun semakin leluasa ketika Benny mendapatkan suaka dari Pemerintah Inggris.
Bahkan ia pun mendapatkan penghargaan dari Oxford Freedom of the City Award, namun segera diprotes oleh Indonesia karena pihak Oxford tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi di Indonesia.
Meski demikian, Indonesia meyakini bahwa pemberian penghargaan tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan sikap pemerintah Inggris terhadap Indonesia. Pemerintah meyakini bahwa Inggris mendukung penuh Indonesia dalam menjaga kedaulatannya.
Sementara itu, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko mengatakan, terkait dalang dibalik kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat. Mantan Panglima TNI tersebut menyebutkan satu nama yakni Benny Wenda.
Ia menuturkan bahwa Benny selalu memprovokasi masyarakat Papua dengan menyebarkan isu yang tidak benar. Masyarakat yang terpancing denga isu tersebut akhirnya tanpa rasa canggung melakukan tindakan vandalisme. Benny juga disebutkan kerap bergerilya untuk mengumpulkan dukungan politik di Australia dan Inggris.
Sementara itu, Polri menyebut adanya jaringan internasional yang terlibat dalam aksi anarkis di Papua dan Papua Barat. Polri juga menuding Benny Wenda menyebarkan informasi palsu alias hoax kepada beberapa kepala negara melalui media sosial.
Dedi Prasetyo selaku Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo mengungkapkan bahwa Benny Wenda melalui akun media sosialnya sering menyebarkan hoaks dalam bentuk foto dan video. Konten tersebutlah yang lantas ditambahkan narasi hoax ke sejumlah kepala negara.
Dedi juga telah mendeteksi akun – akun yang bersifat provokatif dan hoaks seperti menyebarkan foto dan video di media sosial secara rutin.
Meski dinilai provokatif, pihak kepolisian tidak dapat menangkap Benny Wenda atas perkara dugaan tindak pidana penyebaran hoax karena yang bersangkutan kini sudah menjadi warga negara Inggris.
Dedi mengatakan, bahwa Polisi tidak berwenang menangkap Benny Wenda atas perbuatannya. Hal tersebut dikarenakan Benny menyebarkan konten provokatif tersebut di negara lain dan bukan di wilayah Indonesia.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyatakan kanal penyebar hoax terkait Papua berasal dari 20 negara, ia mengatakan ada sekira 555.000 URL atau kanal yang dideteksi menyebarkan hoaks dan provokasi.
Rudiantara mengatakan, penyebaran hoax provokasi yang sifatnya mengadu domba tertinggi tercatat pada 30 Agustus 2019, angkanya mencapai 75.000. Dia mengatakan beragam hoaks yang disampaikan kanal tersebut mulai dari disinformasi hingga informasi yang bertujuan untuk menghasut dan mengadu domba.
Oleh karena itu, pernyataan Benny Wenda tentu tak perlu di gubris, kita tentu perlu memilah informasi yang tidak menyesatkan, sehingga jangan sampai kelompok separatis kembali menunggangi aksi – aksi yang semestinya dapat berjalan lancar tanpa kerusuhan.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua, tinggal di Yogyakarta