Wajar Warga Menolak KAMI
Oleh : Burhanudin Muwahid)*
KAMI terus berusaha menarik perhatian seluruh warga negara Indonesia dengan mengadakan deklarasi dan safari keliling. Namun sayang bukannya disambut hangat, mereka malah ditolak dengan demo bertubi-tubi. Masyarakat yang mengadakan unjuk rasa menolak datangnya KAMI karena mereka dianggap provokator dan pengacau.
Masyarakat kecewa berat dengan aksi KAMI. Mereka yang seharusnya mendinginkan suasana, malah memprovokasi dengan sentilan ini dan itu. KAMI berpikir itu bisa jadi bahan yang baik untuk membuat masyarakat bersimpati. Namun yang terjadi malah kebalikannya. KAMI malah mengadakan deklarasi di beberapa kota, padahal kita masih dalam cengkraman pandemi.
Deklarasi KAMI di Surabaya yang bertajuk silaturahmi dan mewaspadai neo PKI langsung didemo oleh warga di Kota Pahlawan. Bahkan unjuk rasa dilakukan di 2 tempat. Setelah ada demo massa, aparat dari Polda Jatim datang. Bukan untuk membubarkan demo, namun untuk menghentikan deklarasi KAMI. Karena tidak ada izin resmi dari pengelola gedung tempat acara berlangsung.
Penolakan terhadap KAMI juga terjadi di daerah Nusa Tenggara Barat. Padahal deklarasi belum berlangsung, namun warga yang bergabung dalam Laskar Sasak mengadakan unjuk rasa di depan Masjid Hubbol Wathon. Laskar Sasak beserta segenap masyarakat sipil dan mahasiswa membawa spanduk berisi penolakan jika KAMI akan mengunjungi daerah mereka.
Lutfi, orator pada aksi demo menyatakan bahwa KAMI hanya ingin memprovokasi rakyat. Kehidupan di daerah NTB sudah adem ayem dan mereka tak ingin kedamaian dipecah oleh pengaruh buruk KAMI. Indonesia sudah jadi negeri yang demokrasi dan Gatot Nurmantyo dan kawan-kawan jangan malah merusak tatanan negara yang sudah ada.
Sementara di daerah Madiun, ada pula demo massa untuk menolak kehadiran KAMI. Khususnya di kota itu dan Provinsi Jawa Timur. Budi Santoso, koordinator unjuk rasa, menyatakan bahwa aksi menolak kehadiran KAMI untuk berdeklarasi memiliki tujuan mempertahankan kesatuan Indonesia. Karena mereka dikhawatirkan akan memecah perdamaian negara.
Dari banyak penolakan di berbagai daerah, sudah jelas terpampang bahwa masyarakat tidak menyukai kehadiran KAMI. Karena mereka melakukan modus operandi dengan rencana mengadakan deklarasi namun kenyataannya malah memprovokasi rakyat. Karena mereka menuduh pemerintah tidak perhatian terhadap Indonesia, padahal yang terjadi sebaliknya.
Masyarakat juga menolak KAMI karena mereka dianggap tidak memberi solusi jitu untuk mengatasi efek pandemi covid-19. KAMI ingin selamatkan Indonesia, tapi caranya hanya dengan safari keliling dan ceramah. Apakah dengan mendengarkan omongan bisa jadi kenyang? Tentu saja tidak. Jika ingin selamatkan Indonesia, lebih baik buka lapangan kerja yang banyak.
Deklarasi KAMI yang dibubarkan di Surabaya juga ditolak karena mengambil tema neo komunisme. Mereka menciptakan ketakutan akan bangkitnya PKI gaya baru. Orang awam akan mengira kalau PKI benar-benar masih ada, padahal sudah dibubarkan oleh Pak Harto. Jika provokasi ini berlanjut, rakyat bisa makin stres dan KAMI malah menambah beban pikiran mereka.
Oleh karena itu sudah sewajarnya jika KAMI menarik diri dan bersabar sampai pandemi covid-19 berakhir. Jangan malah pergi ke banyak kota dengan alasan deklarasi. Untuk apa deklarasi tambahan jika deklarasi di Jakarta sudah diketahui oleh banyak orang? Jika ada penolakan, maka jangan salahkan masyarakat yang mendemo. Karena mereka ingin menegur KAMI.
Jangan ikut terpengaruh terhadap provokasi KAMI dan malah mendukung kehadiran mereka di berbagai daerah. Karena mereka sudah memiliki misi politik dan suka memprovokasi rakyat. Agar ikut membenci pemerintah dan memihak KAMI sebagai organisasi oposisi. KAMI lupa bahawa banyak orang sudah pintar politik dan berdemo dari hati, bukan karena dibayar.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Blitar