Aksi untuk Papua Damai
Oleh: Rani Wijaya )*
Hampir empat pekan setelah kerusuhan Wamena memporak-porandakan kota itu, geliat perekonomian mulai bangkit meski tertatih-tatih. Ketika Gubernur Papua Lukas Enembe bersama petinggi kepolisian dan TNI datang ke sana, masyarakat yang sempat mengungsi ke markas aparat, sudah kembali ke rumah masing-masing. Kios-kios sudah mulai buka, tapi jumlahnya sedikit.
Sejak kerusuhan Wamena pecah, ribuan orang dari Sumatera Barat, Sulawesi Selatan, dan Pulau Jawa berbondong-bondong pulang. Ada yang dibiayai pemerintah daerahnya, tapi ada juga yang merogoh kocek pribadi.
Selain itu, Kapolda Papua Irjen Polisi Paulus Waterpauw mengingatkan para pekerja untuk sementara jangan pergi bekerja di luar kawasan Kota Wamena. Disebabkan situasi keamanan di beberapa daerah pinggiran Wamena belum benar-benar kondusif.
Kapolda mengakui semua pihak baik TNI, Polri maupun Bupati Jayawijaya John Richard Banua telah bekerja keras untuk mengupayakan pemulihan kembali situasi Kota Wamena yang sempat luluh lantak akibat dilanda kerusuhan. Dengan situasi kamtibmas yang berangsur-angsur pulih kembali itu, katanya, aktivitas sekolah, pemerintahan maupun kesehatan di Kota Wamena kini mulai bergeliat lagi.
Keadaan kerusuhan di Wamena tidak ada manfaatnya sama sekali untuk semua pihak, karena kerusahan akan berimbas ke semua lini kehidupan, perekonomian tentunya akan terganggu.
Patut kita syukuri, semua pihak telah bekerja keras dalam mendorong perdamaian yang abadi di tanah Papua. Salah satunya, aksi ‘Papua Damai’ yang dilakukan oleh tim sepak bola kebanggaan Papua, Persipura Jayapura, mereka turun ke jalan untuk membagikan bunga, air mineral, dan pembatas buku bagi pengguna jalan.
Dalam unggahan akun media sosial Persipura, terlihat skuat Mutiara Hitam membentangkan spanduk bertuliskan ‘#SaveNduga #SaveWamena Harapan dan Dukungan Kita untuk Papua Damai’.
Mereka melakukan aksi tersebut dibagi menjadi 3 daerah. Titik pertama di lampu merah Sentani, kedua di lampu merah lingkaran Abe, dan terakhir di titik nol Jayapura Taman Imbi.
Keadaan kerusuhan Papua baik di Wamena dan daerah lainnya berawal dari isu rasial. Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyebut kerusuhan yang terjadi di Wamena, Papua, disebabkan oleh kesalahpahaman terkait isu seorang guru yang disebut melecehkan muridnya dengan perkataan bernada rasial. Ketua Komnas HAM Ahmad Taufan Damanik mengatakan, kesalahpahaman itu terjadi ketika seorang guru di SMA PGRI tengah mengajar dan meminta seorang muridnya untuk berbicara lebih keras.
Berbagai provokasi dan hoax banyak ditebar di media sosial untuk mendorong dunia internasional ikut campur kewenangan kita dalam mengelola konflik di Papua. Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko menilai ada indikasi provokasi dari pihak asing terkait kerusuhan di Wamena, Papua. Kata dia ada pihak yang ingin Indonesia sejarah tidak sengaja melakukan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) berat. Indonesia sengaja dipancing untuk melakukan hal tersebut. Sehingga penyelesaian kasus pelanggaran HAM yang terjadi di Papua ditangani oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Sebagai
anak bangsa kita perlu waspada dan berhati-hati dalam menyebarkan sebuah
informasi, karena fenomena hoax-provokatif sudah massif dilakukan. Banyak cara
yang bisa kita lakukan dalam menilai konten tersebut berita hoax atau bukan,
biasanya bila judulnya berita atau informasi tersebut sangat memancing
perhatian, kebanyakan berita tersebut hoax. Selain itu, kita juga bisa mengecek
berita itu fakta melalui media-media yang terpercaya.
)* Penulis adalah pegiat di Nusa Pers