Gejolak Persaingan Ekonomi Global VS Cashflow yang Sehat
Oleh: Sudimara Pati*
Jakarta, LSISI.ID – Belakangan kita diberitakan bahwa Perusahaan Listrik Negara (PT PLN) milik BUMN mengalami kerugian sebesar Rp18 triliun. Padahal faktanya ini merupakan unrealized loss. Apa itu unrealized loss? Unrealized loss adalah kerugian yang belum terealisasi. Jadi kerugian itu terjadi pada pembukuan. Bukan kerugian riil yang terjadi pada perusahaan.
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno menanggapi permasalahan ini. Beliau menjelaskan bahwa kerugian yang dialami PT PLN ini disebabkan adanya pelemahan pada nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Jadi tidak ada hubungannya dengan kinerja pemerintah ataupun kinerja PT PLN itu sendiri. Adapun kondisi PT PLN saat ini sangat sehat secara cashflow. Sedangkan cashflow itu adalah inti terpenting dari berjalannya kinerja suatu perusahaan.
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ini dapat mempengaruhi perusahaan PT PLN karena perusahaan memiliki kewajiban untuk membayar dengan dolar AS. Jadi ini disebut unrealized loss karena kerugian terjadi di pembukuan, bukan kerugian riil yang terjadi pada usaha. PT PLN ini sering kali menjalin kontrak dengan Independent Power Producer (IPP) dan menggunakan dolar AS untuk transaksi pembayaran.
Sedangkan untuk peningkatan kinerja PT PLN itu sendiri saat ini telah mengantongi pendapatan usaha sebesar Rp200,9 triliun. Angkat itu naik 6,9% dari pendapatan usaha di kuartal III-2017 sebesar Rp187,88 triliun. Meski demikian, jumlah beban perusahaan naik dari Rp200,3 triliun menjadi Rp224 triliun. Beban paling besar berasal dari beban bahan bakar dan pelumas yang naik dari Rp85,28 triliun menjadi Rp101,87 triliun.
Meskipun demikian kondisinya, masyarakat seharusnya mengerti bahwa kerugian ini sedikit pun bukan berasal dari pemerintah atau buruknya kinerja perusahaan. Sehingga apabila muncul komentar-komentar provokasif yang menegaskan akibat kepemimpinan Jokowi perusahaan BUMN harus mengalami kerugian besar. Itu adalah komentar yang salah besar. Justru kita patut memberikan apresiasi besar pada era kepemimpinan Jokowi karena Indonesia termasuk salah satu negara yang berada dalam kondisi aman di tengah-tengah kenaikan mata uang dolar AS dibandingkan dengan negara seperti Turki, Argentina, dan Italia yang berada dalam kondisi krisis ekonomi. Berbeda dengan Indonesia, atas hasil kinerja Jokowi yang mengesankan, Indonesia bisa menghadapi terpaan badai gejolak persaingan ekonomi dunia. Bahkan Indonesia ditafsirkan tidak akan mengalami krisis karena memiliki pondasi ekonomi yang kuat dan cadangan devisa yang besar. Selain itu, tidak lama setelah pelemahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar AS yang mencapai Rp15.350 per US$1, Indonesia mampu menurunkannya kembali ke angka Rp14.600.
Saya rasa baru kali ini seorang Presiden di Indonesia memberikan perubahan secara besar-besaran dalam hal pembangunan, baik itu infrastruktur maupun perekonomian. Selain itu, pembangunan yang dilakukan juga tidak hanya terpusat di Pulau Jawa karena memiliki jumlah penduduk yang sangat tinggi. Tetapi juga hingga ke pelosok perbatasan meskipun tidak banyak penduduk yang tinggal di sana. Berkaitan dengan kerugian yang dialami PT PLN, nantinya akan membaik seiring berjalannya waktu karena berdasarkan cashflow perusahaan, PT PLN memiliki kinerja sangat baik dan cashflow yang sehat untuk standarisasi Badan Usaha Milik Negara.
*) Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Pemerhati Sosial