Menatap Tahun Baru 2018 Dengan Semangat Persatuan Untuk Indonesia yang Lebih Baik
Oleh : Aji Prasetya )*
Akhir tahun memiliki cerita sendiri bagi masyarakat di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Akhir tahun menjadi penutup kisah panjang perjalanan hidup selama satu tahun. Suka, duka, canda dan tawa yang telah terjadi selama tahun ini, akan diakhiri dibulan ini. Semua masyarakat bersiap menyambut Tahun baru yang lebih baik dan bahagia apalagi 2018 sebagai tahun politik kita semua berharap bangsa Indoensia lebih bermartabat dan lebih bijaksana.
Kebahagiaan akhir tahun terlebih dirasakan oleh umat nasrani. Pasalnya bulan Desember bertepatan dengan perayaan Hari Natal. Di hari itu, masyarakat khususnya umat nasrani larut dalam bahagia menikmati perayaan tahunan tersebut demi merefleksikan semangat damai natal untuk menjadikan umat nasrani dapat sebesar-besarnya berkontribusi terhadap bangsa Indonesia di segala bidang demi maju dan sejahterahnya Indonesia yang kita cita-citakan.
Sebagai negara dengan jumlah penduduk sekitar 250 juta jiwa dan berlatar belakang berbeda ras, suku, dan agama, serta kepercayaan, masyarakat Indonesia hidup dalam kebersamaan sesuai dengan semboyan negara kita “Bhinneka Tunggal Ika”. Berdasarkan semboyan tersebut, keberagaman di Indonesia merupakan salah satu tonggak dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia, bukan sebagai pemecah belah bangsa.
Namun demikian, kiranya perayaan Natal dan Tahun Baru kali ini tidaknya menjadi seremonial belaka yang selalu dilakukan tiap tahun tanpa makna. Makna yang dimaksud disini adalah adanya peningkatan rasa toleransi beragama, hidup rukun antar tetangga, tenggang rasa, hormat-menghormati dan sebagainya sebagai sebuah tradisi yang sejak dulu menjadi budaya adi luhung para leluhur bangsa.
Selain itu, hal yang tidak kalah penting bahwa di Tahun Baru kali ini masyarakat harus semakin siap. Siap menghadapi berbagai momentum sosial politik karena 2018 dan 2019 merupakan tahun-tahun politik karena terdapat agenda pilkada serentak dan pilpres. Siap dalam menghadapi tantangan globalisasi, terutama terkait dengan perkembangan startegis global dan kawasan serta semakin terbukanya aktivitas pasar global maupun e-commerce yang merupakan salah satu dampak dari adanya globalisasi ekonomi. Dengan adanya perdagangan bebas ini negara asing akan lebih mudah dan bebas menjual produknya ke Indonesia, dan sebaliknya. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa mau tidak mau, suka tidak suka Indonesia saat ini telah menghadapi pasar global. Dimana masyarakat dituntut harus mampu bersaing dengan masyarakat dunia jika tidak ingin menjadi budak di negaranya sendiri.
Presiden Jokowi sendiri telah memastikan kesiapan Indonesia. Tentunya hal ini bukan tanpa pertimbangan, Indonesia sebenarnya memang berpeluang besar karena memiliki produk-produk andalan. Dalam memasuki pasar bebas produsen Indonesia tentunya harus memiliki rencana. Mereka harus dapat membuat produk yang menarik dengan harga yang relatif lebih murah dari produk asing, namun tentunya tidak mengurangi kualitas produk itu. Para produsen harus memiliki inovasi baru agar dapat menciptakan produk yang dapat mengungguli produk asing. Namun tentunya strategi yang baik tidak akan berhasil tanpa adanya turut serta dari masyarakat. Dalam hal ini masyarakat Indonesia harus menumbuhkan rasa cinta pada produk dalam negeri. Mereka harus dapat mengurangi untuk mengonsumsi produk asing. Hal ini tidak akan terwujud tanpa adanya kesadaran dari masyarakat itu sendiri.
Untuk menerapkan hal itu, masyarakat Indonesia harus senantiasa menjunjung tinggi prinsip humanisme, pluralisme, persaudaraan, kerukunan, dan kekeluargaan dan menghindarkan diri dari pemaksaan kehendak. Semangat kekeluargaan tersebut dapat diwujudkan dengan membantu mewujudkan situasi yang kondusif saat peringatan Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Toleransi harus dikedepankan dalam mewujudkan bangsa yang besar.
Untuk itu bangsa Indonesia dituntut lebih dewasa dan fokus untuk tidak membuang energi terhadap berbagai hal yang sudah menjadi kesepakatan bangsa dan hanya dapat menimbulkan perselisihan antar anak bangsa. Bangsa Indonesia harus yakin dengan segala kearifan yang telah menjadi modal besar dalam sejarah bangsa, karena kita memiliki sumber daya berlimpiah sebagai sebuah rahmat Tuhan terhadap Indonesia, maka semua anak bangsa harus tetap memiliki kayekinan bahwa Indonesia akan menjadi sebuah bangsa besar dengan segala yang dimiliki yaitu semangat persatuan dan gotong royong yang dilandasi dengan pemahaman Pancasila yang telah ditanamkan oleh para pendahulu bangsa.
Terdapat beberapa cara yang perlu dilakukan masyarakat dalam menyambut tahun baru kali ini, yaitu Pertama, melanjutkan revolusi mental. Revolusi Mental jelas bukanlah sesuatu yang gampang untuk dilakukan serta membutuhkan campur tangan banyak pihak. Sudah saatnya pemerintah dengan berbagai lembaganya membuat perencanaan yang matang dan terukur agar konsep “Revolusi Mental” tidak hanya menjadi sebatas wacana dan jargon belaka. Keikutsertaan berbagai kelompok masyarakat yang ada juga sangat dibutuhkan untuk mewujudan Revolusi Mental ini. Sebagaimana pesan Soekarno, revolusi mental bukanlah pekerjaan satu-dua hari, melainkan sebuah proyek nasional jangka panjang dan terus-menerus. “Memperbaharui mentalitet suatu bangsa tidak akan selesai dalam satu hari,”Revolusi mental merupakan hal yang penting sebagai upaya menjadikan bangsa yang bersih dari mental-mental pemalas, mental koruptor, dan lain sebagainya.
Kedua, mensukseskan pembangunan nasional dengan cara mendukung segala kebijakan pemerintah, menjaga kondusifitas iklim investasi, iklim hukum, politik dan sebagainya. Masyarakat harus percaya sepenuhnya kepada pemerintah bahwa segala kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah akan selalu bermuara pada satu titik, yaitu kesejahteraan rakyat. Maka dari itu, marilah kita dukung berbagai kebijakan tersebut agar tetap berada di jalurnya. Semoga di tahun depan kesejahteraan rakyat menjadi semakin meningkat.
“Selamat Natal danTahun Baru 2018, semoga Indonesia selalu dalam Lindungan Tuhan Yang Maha Besar.
)* Penulis adalah Kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)