Mewaspadai Infeksi Ganda Covid-19 dan Demam Berdarah
Oleh : Zakaria )*
Indonesia tengah memasuki musim peralihan menuju musim kemarau, musim yang dikenal sebagai pancaroba ini menjadi ancaman tersendiri bagi kesehatan masyarakat khususnya ancaman terhadap Demam Berdarah. Masyarakat pun diimbau untuk mewaspadai infeksi ganda demam berdarah dan Covid-19 seiring belum meredanya pandemi wabah penyakit menular tersebut.
Direktur pencegahan dan pengendalian penyakit menular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi telah memberikan himbauan kepada masyarakat untuk mewaspadai penyakit demam berdarah dengue (DBD) pada masa pandemi virus corona.
Nadia mengatakan, saat ini telah terjadi infeksi ganda akibat penyakit demam berdarah dan covid-19. Dirinya juga menerima banyak laporan dari sejumlah provinsi terkait dengan kasus DBD sekaligus covid-19.
Dari 460 Kabupaten/Kota yang melaporkan kasus DBD, tercatat sebanyak 439 kabupaten/kota yang juga melaporkan kasus covid-19, sehingga ini menunjukkan adana infeksi ganda.
Dirinya mengingatkan kasus DBD biasanya terjadi pada bulan Maret. Namun pada tahun ini DBD masih bertambah hingga bulan Juni. Berdasarkan catatan kasusnya, masih terjadi 100-500 kasus DBD per hari, jumlah kasus DBD sendiri sudah mencapai 68 ribu kasus.
Sehingga, provinsi yang angka kasus positif covid-19 tinggi juga melaporkan adanya kasus DBD, seperti provinsi Jawa Barat, NTT, Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan.
Kasus DBD juga menyebabkan tingginya angka kematian. Laporan Kemenkes mencatat ada 346 kasus meninggal dunia akibat DBD hingga bulan Juni tahun ini.
Untuk mencegah DBD, Nadia menghimbau kepada masyarakat untuk melakukan gerakan 3M, yakni menguras penampungan air, mengubur barang bekas dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Selain itu ada pula gerakan ‘plus’ yakni mencegah gigitan nyamuk seperti menggunakan lotion atau obat anti nyamuk.
Achmad Yurianti selaku juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19 sempat mengingatkan, bahwa selain corona ada penyakit DBD saat masuk musim pancaroba.
Yuri menghimbauk kepada seluruh keluarga dan masyarakat Indonesia untuk tetap melakukan pemberantasan terhadap sarang nyamuk yang ada di sekitar mereka. Apalagi jika penyakit demam berdara telah tercampur dengan covid-19, maka bukan tidak mungkin hal tersebut akan menyebabkan kenaikan angka kematian.
Pada kesempatan berbeda, Ahli Infeksi dan pediatri tropik RS Cipto Mangunkusumo dr Mulya Rahma Karyanti mengatakan, covid-19 merupakan penyakit yang menyerang ke sistem saluran napas atas, sedangkan pada Demam Berdarah, gejala yang harus diwaspadai adalah perdarahan kulit yang tampak dalam bentuk mimisan, gusi berdarah atau memar.
Salah satu yang menjadi ciri khas infeksi virus dari penyakit demam berdarah adalah adanya demam tinggi, tutur dr Rahma dalam sebuah kesempatan konferensi pers.
Covid-19 dan DBD memang sama-sama penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus. Berbeda dengan covid-19 yang ditularkan melalui percikan droplet orang yang terinfeksi, sedangkan Demam berdara ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti.
Meski kedua penyakit tersebut sama-sama menimbulkan demam, namun gejala yang ditimbulkan keduanya memiliki perbedaan.
Pada pasien yang positif covid-19, maka akan kerap dijumpai keluhan seperti demam dan akan disertai dengan beberapa gejala gangguan pernapasan seperti batuk dan sesak napas. Sementara pada pasien DBD, umumnya demam tidak disertai dengan gangguan pernapasan seperti sesak nafas.
Tanda bahaya dari penyakit Demam Berdarah umumnya muncul pada hari ketiga infeksi, pada hari ketiga ini umumnya trombosit akan mengalami penurunan cukup drastis. Inilai yang disebut sebagai fase kritis. Pada hari ketiga biasanya terjadi pembocoran pembuluh darah.
Pembuluh darah yang bocor akan membuat otak akan kekurangan aliran darah. Sehinga tidak heran jika hal ini akan menyebabkan penderita merasakan lemas yang luar biasa.
Kondisi bisa semakin memburuk ketika pasien mengalami dehidrasi. Hal ini ditandai dengan buang air kecil yang tidak lancar. Jika hal ini terjadi tentu saja pasien harus mendapatkan asupan cairan yang adekuat baik secara oral atau infus.
Pada beberapa kasus Demam Berdarah, pasien akan menunjukkan gejala batuk, namun kemungkinannya hanya 10-15 persen.
Alih-alih bersikap waspada terhadap gejala batuk, yang patut menjadi perhatian dari DBD adalah demam yang disertai dengan gejala perdarahan yang spontan, seperti mimisan, gusi berdarah dan munculnya bintik-bintik merah pada kulit. Gejala inilah yang tidak terjadi pada pasien covid-19.
Seiring adanya potensi infeksi ganda DBD dan covid-19, masyarakat pun diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan. Selain itu, Warga diminta memperhatikan dan mengetahui gejala demam berdarah untuk mencegah penyakit DBD berkembang. orang yang memiliki gejala DBD harus segera mengunjungi fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan dengan segera.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor