Muslim Muda Jakarta Ternyata Sangat Toleran
Jakarta, LSISI.ID – Kaum muda Islam menunjukkan toleransi terhadap kepercayaan non muslim menjelang Hari Natal di Indonesia pada 25 Desember 2017.
“Saya menghargai apa pun yang mereka lakukan untuk merayakan Natal. Itu hak mereka. Tetapi saya tidak akan ikut merayakan. Itu adalah sikap toleransi saya kepada mereka,” kata mahasiswi bernama Dini kepada Antara di Jakarta, Kamis.
Bagi Dini, toleransi tidak harus terlibat dalam perayaan suatu agama yang tidak dianutnya. Namun dengan memberi kebebasan kepada mereka untuk melakukan dan merayakan hari besar mereka pun sudah merupakan toleransi.
Rina yang juga muslimah menilai perayaan besar umat agama manapun harus dihormati agar tercipta kedamaian.
“Sikap saya sebagi muslim tentunya menghormati kepercayaan mereka karena mereka pun menghormati kepercayaan saya. Seperti waktu di bulan puasa, banyak teman saya yang bukan muslim ikut puasa demi menghormati umat muslim,” kata Rina.
Sedangkan Ajeng yang juga mahasiswi dan hidup dalam keluarga yang berbeda agama, tetap menghormati kepercayaan saudaranya yang non muslim. Ajeng kadang ikut dalam acara Natal dengan keluarganya yang non muslim.
“Saya sendiri Islam, sedangkan saudara saya yang lain ada yang Kristen. Saya suka ikut acara Natal mereka di salah satu rumah saudara saya, tapi enggak sampai ikut kebaktian atau yang di luar aturan agama saya. Jadi hanya ikut kumpul keluarga saja,” ujar Ajeng.
Toleransi berkurang
Meskipun kebanyakan kaum muda Jakarta menunjukkan toleransi yang tinggi kepada umat lain yang tidak seagama dengan mereka, para pemuda ini mengkhawatirkan berkurangnya toleransi dalam masyarakat.
Refita misalnya. Dia mengatakan saat ini toleransi Indonesia meluntur sehingga ketika ada hal yang berkaitan dengan agama pasti sensitif dan bahkan ada yang terbawa emosi sehingga menghina agama lain.
Sementara itu Della mengatakan, “Toleransi di Tanah Air masih kurang, terbukti dengan masih banyak sikap rasis di Indonesia. Tapi mungkin sulit diubah, mengingat Indonesia itu negara majemuk, memiliki banyak ras, suku, agama dan kebudayaan. Jadi, masing-masing orang punya pikirannya masing-masing”.
Sebaliknya pemudi bernama Nur menilai toleransi di Indonesia cukup baik, tapi untuk beberapa hal kadang ada orang yang iseng memprovokasi masalah agama yang berujung dengan keributan, padahal saat terjun ke masyarakat dia terlihat toleran.
Tak dapat disangkal bahwa Indonesia negara majemuk sehingga kadang sulit diselaraskan. Akan tetapi, toleransi dapat menghindarkan masyarakat dari perpecahan antarumat beragama, selain menciptakan ketentraman dalam hidup bermasyarakat.
Sumber : Antara