Pancasila, Hasil Ijtihad Ulama Demi Menjaga Indonesia
Ketua Lembaga Dakwah PBNU KH Maman Imanul Haq mengemukakan, Pancasila merupakan hasil ijtihad para ulama di tanah air untuk menjaga Indonesia. Hal itu ditegaskan Kiai Maman saat memberikan Tausiyah pada halal bihalal warga NU dan Pelantikan PR Fatayat NU Desa Danawarih, Kecamatan Balapulang, Kabupaten Tegal di halaman Masjid Baitul Mutaqin, Sabtu (22/7).
“Ulama NU bukan sekedar menjadi orang soleh, tetapi orang muslih yang bermanfaat membereskan Republik Indonesia. Kalau tidak ada Pancasila, hasil para Ulama. Mungkin Indonesia sudah porak-poranda,” tegas Kiai Maman.
Kiai Maman menceritakan, pihaknya pernah ditanya terkait ditetapkannya Perppu Nomor 2 tahun 2017 tentang Ormas pada saat acara talkshow di salah satu TV swasta nasional.
“Saya jawab bahwa NU menghargai kebebasan berserikat dan berpendapat, kebebasan berbicara, kebebasan berkumpul (freedom of speech). Kita punya jamiyah, kita bisa berkumpul,” paparnya
Tetapi, tandas Kiai Maman, Nahdlatul Ulama (NU) akan melawan siapa pun Ormas yang belum apa-apa sudah ingin mengganti NKRI, sudah ingin menghancurkan Pancasila.
“Kita adalah PBNU (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945). Bahwa yang kita tolak itu ormasnya, bukan orangnya,” ujarnya
Pengasuh Pesantren Al-Mizan Majalengka menjelaskan, pada tahun 1965 ketika kita menjadi korban keganasan PKI. Siapa yang pertama meraih orang-orang, anak-anaknya masuk pesantren, keluarga-keluarga yang terprovokasi jadi anggota PKI.
“NU pak, diraih orangnya diajak kembali untuk memahami Pancasila, untuk kembali menjadi warga yang baik. Karena bagi NU, NKRI harga mati,” tegasnya
Akhirnya Negara ini bisa aman, bisa tenang. Maka sekarang satu ormas sudah dibubarkan, bahwa kita akan tetap bergandengan.
“Kalau betul ingin menegakkan Islam. Ayo NU tentu punya prinsip menegakkan Islam. NU menegakkan Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah. Karena NU lahir dari spirit besar namanya Islam, Innaddina Indallahil Islam. Agama yang benar di sisi Allah adalah Islam,” papar anggota DPR RI itu
Kiai Maman menambahkan, Islam adalah spirit untuk transformasi dan perdamaian. Islam kita adalah Islam damai, Islam ramah, bukan Islam yang marah-marah. “Islam yang merangkul, bukan Islam yang memukul. Islam yang berargumen, bukan Islam yang sentimen, apalagi mengkafir-kafirkan orang lain,” pungkasnya.
Acara yang mengusung tema Menepis Radikalisme, Menuai Islam Rahmatal Lil Alamin itu dihadiri Wakil Bupati Tegal, Pengurus Cabang Fatayat NU Kabupaten Tegal, PAC Fatayat NU Kecamatan Balapulang, Muspika Balapulang, Pengurus NU Danawarih dan ribuan warga NU Danawarih dan sekitarnya. (Hasan/Fathoni)