Pemahaman Mahasiswa Patut Dipertanyakan
Oleh : Rivka Mayangsari )*
Demonstrasi puluhan mahasiswa di Kementerian Keuangan sebagai bentuk protes terhadap merosotnya nilai tukar rupiah pada 14 September lalu hanya menandakan dua hal. Pertama masih lemahnya pengetahuan mahasiswa tentang sistem keuangan atau perdaganan internasional. Kedua, aksi tersebut ada yang menunggangi. Sebab jika karena memenang aksi mahasiswa berasal dari keprihatian deprisiasi rupiah maka mereka seharusnya juga mengetahui bahwa anjloknya nilai rupiah ini karena faktor eksternal.
Saat ini rupiah memang masih jauh dari nilai fundamentalnya. Bank Indonesia pun masih aktif melakukan intervensi untuk menjaga stabilisasi nilai tukar. Tapi seharusnya mahasiswa juga mengetahui bila pergerakan rupiah pun terus menguat. Pada saat mahasiswa berdemonstrasi rupiah justru ditutup menguat pada Rp 14.795 per 1 dolar AS, artinya naik 0,27 persen dibandingkan penuntupan perdagangan pada hari sebelumnya yang masih tertahan di Rp 14.800.
Para mahasiswa juga harusnya paham bahwa perang dagang antara Amerika dan Cina menggunggu sistem perdagangan global. Sebagai salah satu emerging market atau pasar berkembang Indonesia pun menerima dampaknya. Meski tidak sebesar Turki, Argentina atau Venezuela. Berdasarkan analisis perdagangan pada 14 September lalu rupiah menjadi mata uang terbaik nomor tiga di Asia.
Ada dua hal yang melatarbelakangi mengapa rupiah bisa kembali menguat. Pertama karena Amerika dan Cina sudah siap melakukan negosiasi ulang. Cina mengundang Menteri Keuangan Amerika Steven Mnuchin untuk melakukan pembicaraan tentang perang dagang yang sedang berlangsung. Mahasiswa harusnya paham ada banyak hal yang terdampak pada perang dagang ini. Tarif impor Amerika terhadap barang-barang Cina yang senilai 200 miliar dolar AS akan membuat Negeri Tirai Bambu tersebut membalasnya.
Cina tentu tidak akan tinggal diam, mereka juga mengenakan tarif yang serupa terhadap komoditas dari Amerika terutama dari sektor pertanian. Perang dagang ini membuat pasar panik dan berusaha untuk menunggu sampai kondisi perekonomian global stabil. Membuat para investor dan pengusaha tidak melepaskan cuan mereka ke pasar-pasar berkembang seperti Indonesia yang dinilai masih memiliki resiko.
Sehingga para investor dan pengusaha pun menahan cuan mereka di pasar-pasar yang sudah matang seperti Amerika. Ketika kedua negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut mulai sepakat untuk melakukan diskusi pasar kembali tenang dan mendorong penguatan rupiah karena kepercayaan investor dan pengusaha ke pasar berkembang kembali naik.
Alasan kedua mengapa rupiah akhirnya bisa menguat karena Bank Indonesia terus melakukan penjagaan ketat. Pergerakan agresif Bank Indonesia ini cukup efektif mendorong kinerja rupiah di pasar. Mahasiswa harus mengerti mata rantai kerja perdagangan internasional sehingga tahu apa yang sedang dan seharusnya dikerjakan pemerintah.
Demontrasi yang dilakukan mahasiswa dibeberapa daerah menandakan mereka apatis atau bahkan tidak mengerti bagaimana kerja pemerintah dalam merespon perekonomian global yang belum stabil seperti saat ini. Saat ini hanya Rupee dan Won yang kinerjanya lebih baik dari rupiah.
Selain itu mahasiswa juga harus mengerti mengapa rupiah bisa terseret dalam arus ekonomi global. Dipresiasi rupiah disebabkan neraca berjalan Indonesia sedang defisit. Alasan utamanya karena sebelumnya Indonesia banyak melakukan impor migas dan barang modal. Pertanyaan untuk apa impor, tentu jawabannya untuk membangun infrastruktur yang menjadi program prioritas pemerintah.
Mengapa insfrastruktur perlu dibangun? Untuk meningkatkan konektivitas antar wilayah. Semakin terkoneksinya satu wilayah dengan wilayah lain akan menurunkan biaya logistik di masa mendatang. Selain itu dapat menurunkan tingkat urbanisasi yang masih tinggi.
Banyak faktor yang membuat nilai tukar rupiah melemah. Begitupula dengan mata rantai yang membuat rupiah terdeprisiasi. Jadi apa yang dilakukan pemerintah? Pemerintah akan mengurangi impor pada tahun depan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Pemerintah akan menunda sejumlah proyek strategis seperti pembangunan pembangkit listri 32 ribu megawatt.
Padahal jika diukur dari kacamata politik, proyek tersebut dapat meningkat pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) popularitas di masyarakat. Tapi pemerintah bersikap masuk akal dengan menunda proyek tersebut agar nilai tukar rupiah dapat segera menguat. Saat ini pemerintah tengah fokus agar capital outflow (arus modal keluar) tidak terjadi dalam jumlah besar.
Pemerintah telah melakukan langkah yang tepat dengan mempertahankan agar transaksi berjalan tidak terlalu buruk. Demonstrasi mahasiswa sebenarnya tidak diperlukan karena di Indonesia tidak terjadi inflansi tinggi. Tingkat inflansi Indonesia masih bisa dijaga oleh pemerintah. Selain itu sektor riil dalam negeri juga dalam kondisi yang baik.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2018 juga tetap bertahan di kisaran 5,2 persen, tidak terlalu jauh dengan proyeksi pemerintah yakni 5,4 persen. Geliat perekonomian negeri masih jauh lebih baik dari tahun lalu. Pertumbuhan kredit perbankan juga tumbuh 10,6 persen artinya pembiayaan terhadap ekonomi berjalan positif.
Jadi, pertanyaan apakah mahasiswa benar-benar tidak mengetahui atau mengerti kerja pemerintah selama ini? Atau mereka memang tidak mengerti bagaimana perdagangan internasional bekerja? Apakah benar mahasiswa yang disebut kalangan intelektual dapat termakan berita hoax (bohong) yang tersebar di media sosial? Atau ada yang menunggangi berbagai aksi mereka?
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia (LSISI)