Tak Menyadari Kesalahan, Setelah Didemo Baru Minta Maaf
Oleh: Khudori
Jagad Nahdiyin kembali ramai diperbincangkan. Kali ini tersebar video cawapres nomor urut 2 Sandiaga Uno yang melangkahi makam salah satu tokoh pendiri Nahdathul Ulama (NU). Dalam video itu tampak Sandi tengah menaburkan bunga di atas makam dengan mengenakan baju koko berwarna krem dan sarung hijau yang kemudian melangkah untuk menaburkan bunga di kuburan yang berada di sebelahnya.
Makam KH Bisri Syansuri adalah makam yang dilangkahi cawapres tersebut. Diketahui bahwa KH Bisri Syansuri merupakan pendiri Ponpes Denanyar Jombang. Beliau lahir dari keturunan yang memiliki jalur keulamaan dari pihak ibunya. Keluarganya menurunkan beberapa orang Ulama besar dalam beberapa generasi, seperti Kiai Khalil dari Lasem dan kiai Ma’sum serta Kiai Baidawi dari Tayu.
Tindakan cawapres ini sungguh sangat disesalkan. Sebagai calon pemimpin seharusnya memahami setiap kultur dan tradisi-tradisi yang hidup dan berkembang di lingkungan masyarakat. Apalagi sebagai salah satu dari kalangan NU, ziarah ke tempat orang-orang tua atau sesepuh NU memang harus ada etikanya. Ziarah ke makam dimaksudkan untuk menghormati Kiai, Ulama ataupun Pahlawan. Tetapi sangat disayangkan perilkau sang cawapres ini tidak mencerminkan niat dari penghormatannya itu sendiri.
Selain tidak mengetahui etika ziarah, nampaknya kegiatan tersebut hanya untuk citra politik semata. Kalau memang terbiasa dan ziarahnya itu bukan ziarah politik, maka pasti hal-hal tersebut takkan mungkin terjadi. Apakah etika seperti itu jika kita menerapkan santri post Islamisme? Tentunya tidak. Niat untuk menghormati Ulama dan Kiai secara tulus dan ikhlas harusnya ada untuk mengesampingkan niat ziarah politik sebelum melakukan ziarah tersebut.
Permintaan maaf memang telah dilayangkan oleh cawapres itu. Namun layaknya anak kecil yang harus diajari terlebih dulu, permintaan maaf itu baru muncul setelah di demo oleh santri di Jombang. Yakni, senin (12/11/18) lalu ratusan santri dan warga Nahdliyin di daerah itu turun ke jalan mengecam aksi Sandi yang dinilai tidak menghormati ulama NU. Mereka mendesak Sandi meminta maaf kepada umat Islam khususnya warga NU.
Perilaku yang tidak beretika dan permintaan maaf yang harus di demo terlebih dahulu benar-benar mencerminkan sikap tidak hormat kepada ulama dan kiai. Ini juga menunjukkan yang bersangkutan terlalu sibuk urusan duniawi hingga tidak mengetahui ilmu agama mengenai adab berziarah. Tidak perlu menjadi santri post Islamisme, adab berziarah menjadi pelajaran umum Agama yang bahkan anak usia sekolah menengah pertama pun mengetahuinya.
* Pengamat Politik dan anggota NU