Masyarakat Mendukung Pengembangan Vaksin Dalam Negeri
Oleh : Muhammad Zaki )*
Di tengah pandemi covid-19 yang masih terjadi, berbagai akademisi yang bekerja sama dengan Pemerintah terus berlomba untuk mengembangkan Vaksin virus tersebut. Masyarakat pun terus mendukung berbagai riset dan terobosan yang dibuat Pemerintah guna memutus rantai penularan Covid-19.
Pemerintah Indonesia tengah berupaya dalam memproduksi vaksin Covid-19 sendiri pada awal tahun depan, di tengah bertambahnya kecemasan bahwa negara-negara berkembang dapat mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses ke vaksin di masa depan.
Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Ali Ghufron Mukti mengungkapkan, kemampuan produksi dan kapasitas perusahaan biotek di dunia, pihaknya mengetahui terbatas dan rantai pasokan global juga menghadapi tantangan. Oleh karena itu Indonesia perlu mengembangkan vaksin Covid-19 sendiri, dan itu akan dilakukan oleh Indonesia dari Indonesia ke Indonesia.
Pihaknya juga menggunakan teori dan optimis pada tahun 2021 dan awal 2021 ini akan selesai di laboratorium.
Mukti juga telah menguraikan upaya yang sedang berlangsung antara perusahaan farmasi lokal dan asing untuk memproduksi vaksin secara massal di Indonesia. Tim pengembangan vaksi Covid-19 telah bertugas menjamin ketersediaan vaksin secara nasional dalam 12 bulan ke depan.
Direktur Bio Farma Honesti Basyir mengatakan, bahwa pihaknya bekerja dengan perusahaan vaksin China Sinovac yang akan memasuki tahap ketiga uji klinis pada manusia bulan ini. Jika percobaan berhasil, maka dapat memulai produksi pada kuartal pertama tahun depan dengan dosis minimum 100 juta.
Dengan populasi lebih dari 265 juta, Indonesia memperkirakan akan membutuhkan lebih dari 352 juta suntikan vaksin dua dosis.
Selain Bio Farma dan Sinovac, Mukti juga menuturkan bahwa perusahaan farmasi swasta Indonesia Kalbe Farma dan perusahaan bioteknologi Korea Selatan Genexine bekerja sama untuk memproduksi vaksin.
Saat ini Indonesia memiliki 2 opsi dalam mengembangkan vaksin Covid-19. Opsi pertama mengembangkan vaksin merah putih yang dikembangkan kementerian riset dan teknologi, Badan Riset dan Inovasi Nasional serta lembaga biologi molekuler Eijkman.
Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny K Lukito menjelaskan pihaknya telah membuat roadmap tahapan pengembangan vaksin yang diperlukan untuk memenuhi persyaratan data praklinik, klinik dan mutu dari vaksin yang akan dibuat.
Lukito memaparkan. tahap pengembangan vaksin ini sesuai dengan waktu yang sudah kita rencanakan dengan percepatan dan tentunya segera memenuhi kebutuhan untuk program nasional.
Opsi kedua adalah mengembangkan kerjasama internasional. Kerjasama yang pertama yang sudah dalam pendampingan BPOM yakni PT Sinovac dengan PT Biofarma. Lalu kerjasama kedua sinopharm dengan Kimia Farma bersama Grup 42 dari Uni Emirat Arab dan kerjasama ketiga ialah Genexime dengan PT Kalbe Farma.
Pada perkembangan uji klinis caksi kerjasama sinovac dengan biofarma, sudah dimulai pada 11 Agustus 2020 oleh tim penelitik dari kedokteran Universitas Padjajaran dan subjek uji klinis sebanyak 1.620 orang.
Tercatat saat ini sudah ada 1.800 sukarelawan yang telah mendaftar dan hingga akhir Agustus 2020 terdapat sekitar 500 orang direktur dan sudah mendapat tahap penyuntikan.
BPOM telah siap mengawal uji coba vaksin, mulai dari pemberian persetujuan protokol uji klinis, pelaksanaan dan evaluasi hasil uji klinis untuk situasi darurat, serta persiapan sarana produksi di Biofarma untuk melakukan transfer teknologi dalam mewujudkan vaksin menjadi produk komersil.
Pada kerjasama vaksin Sinopharm – G42 dengan Uni Emirate Arab, saat ini sudah ditemukan kesepakatan. UEA juga telah berkomitmen untuk menyediakan 10 juta vaksin untuk Indonesia. Pada akhir tahun 2020 diharapkan tercapai.
BPOM sendiri telah melihat uji klinis fase 3 vaksin dilakukan dengan sangat baik dan terorganisir, banyak sekali aspek positif dengan partisipasi 22 ribu peserta dengan keberagaman kebangsaan, terdapat 119 kebangsaan yang sudah terlibat dalam uji klinis.
Setelah uji klinis fase 3 vaksin Sinopharm, dimungkinkan industri farmasi Indonesia menjadi bagian dari transfer teknologi produksi vaksin tersebut. Penny melihat terdapat peluang kerjasama pengembangan industri vaksin antara UEA dan Indonesia.
Bahkan dalam waktu dekat juga akan dikembangkan MoU antara BPOM dan Kementerian Kesehatan Uni Emirate Arab yang akan memastikan kecepatan akses vaksin melalui proses regulasi yang lebih terarah dan memenuhi standar internasional.
Dengan ditemukannya vaksin, tentu saja hal ini akan semakin meningkatkan optimisme masyarakat untuk bangkit dari pandemi Covid-19. Tentu saja kita perlu mendukung upaya uji klinis ini agar kita semua dapat kembali hidup normal tanpa takut akan penularan.
)* Penulis adalah aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini